Ijazah Jokowi Tahun 1985, Tapi Pakai Huruf yang Dirilis Tahun 1992

lintaspriangan.com, BERITA NASIONAL. Kontroversi Ijazah Presiden Joko Widodo: Analisis Font Times New Roman dan Tanggal Rilisnya. Isu mengenai keabsahan ijazah Presiden Joko Widodo kembali mencuat ke publik. Kali ini, perhatian tertuju pada penggunaan font Times New Roman dalam ijazah yang diterbitkan pada tahun 1985. Ahli forensik digital, Rismon Hasiholan Sianipar, mengungkapkan temuan yang menimbulkan pertanyaan mengenai keaslian ijazah tersebut.

Temuan Ahli Forensik Digital

Dalam sebuah video yang diunggah pada 11 Maret 2025, Rismon menunjukkan bahwa penggunaan font Times New Roman pada ijazah Jokowi tidak sesuai dengan kronologi teknologi saat itu. Menurutnya, font ini baru tersedia setelah dirilisnya Windows 3.1 pada tahun 1992. Padahal, ijazah tersebut diterbitkan tujuh tahun sebelumnya, yakni pada tahun 1985.

Rismon juga menyoroti nomor seri ijazah yang dianggap tidak lazim. Nomor tersebut hanya mencantumkan angka “1120” tanpa adanya klaster fakultas atau angkatan, berbeda dengan format ijazah alumni UGM lainnya. Ia membandingkan ijazah Jokowi dengan ijazah alumni lain untuk menekankan perbedaan tersebut.

Tanggapan Pihak Universitas Gadjah Mada (UGM)

Menanggapi tudingan tersebut, Sigit Sunarta, Dekan Fakultas Kehutanan UGM pada masa itu, memberikan klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa foto ijazah yang beredar di media sosial adalah hasil fotokopian yang diduga menghilangkan nomor registrasi di sisi kiri atas. Menurutnya, pada salinan asli ijazah terdapat nomor registrasi yang jelas, yang menunjukkan keaslian dokumen tersebut.

Sigit juga membuka informasi bahwa nomor registrasi ijazah Jokowi adalah 15456. Ia menegaskan bahwa pihak universitas memiliki rekam jejak lengkap mengenai pendidikan Jokowi di UGM, termasuk skripsi dan dokumen lainnya yang membuktikan keaslian pendidikan Jokowi di sana. Ia menambahkan bahwa Jokowi terdaftar di UGM pada tahun 1980 dan lulus dengan baik pada tahun 1985.

Perkembangan Terbaru dan Analisis Lanjutan

Beberapa hari setelah pernyataan Sigit, Rismon kembali mengeluarkan analisis terbaru. Ia menyoroti penggunaan watermark “Republika” pada ijazah tersebut, yang menurutnya menunjukkan bahwa dokumen tersebut baru dicetak setelah tahun 1992. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa ijazah tersebut tidak sesuai dengan periode waktu yang seharusnya.

Selain itu, Rismon membandingkan ijazah Jokowi dengan ijazah alumni lainnya. Ia menunjukkan bahwa format dan elemen desain pada ijazah Jokowi berbeda dengan ijazah yang diterbitkan pada periode yang sama. Perbedaan ini menambah keraguan mengenai keaslian ijazah tersebut.

Kontroversi yang Berlanjut

Kontroversi mengenai ijazah Jokowi ini menambah daftar panjang pertanyaan tentang keabsahan dokumen-dokumen penting terkait pejabat publik. Meskipun pihak terkait telah memberikan klarifikasi, publik tetap menantikan bukti-bukti konkret yang dapat menuntaskan polemik ini. Kejanggalan-kejanggalan yang terungkap memerlukan penjelasan lebih lanjut agar masyarakat mendapatkan informasi yang jelas dan akurat.

Perdebatan mengenai keaslian ijazah Presiden Joko Widodo menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan negara. Meskipun telah ada klarifikasi dari pihak universitas, temuan-temuan baru terus bermunculan dan menimbulkan pertanyaan lebih lanjut. Diperlukan penyelidikan mendalam dan bukti yang kuat untuk menuntaskan kontroversi ini demi menjaga kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan dan pemerintah. (Lintas Priangan)

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More