Sepucuk Surat di Meja Kerja

lintaspriangan.com, INSPIRATIF. Pagi itu, di sebuah kantor sederhana di Yogyakarta, seorang pria paruh baya bernama Pak Budi tengah membereskan meja kerjanya. Tangannya yang mulai berkeriput dengan cekatan menyusun dokumen dan menyapu debu di atas meja kayu yang telah menemaninya selama lebih dari 30 tahun. Pak Budi bukan pegawai kantoran biasa—ia adalah petugas kebersihan yang telah mengabdi sejak perusahaan ini masih merintis.

Namun, hari ini bukan hari biasa bagi Pak Budi. Ini adalah hari terakhirnya bekerja. Usianya yang hampir menginjak 60 tahun membuatnya harus pensiun. Meski ia tak pernah mengeluh, ada perasaan haru yang tak bisa disembunyikannya. Ia telah mengabdikan lebih dari separuh hidupnya di sini, memastikan lantai selalu bersih, sampah selalu terangkut, dan ruangan tetap nyaman untuk para pegawai.

Seperti biasa, pagi itu ia datang lebih awal. Tapi ada yang berbeda—di meja kerjanya, tergeletak sebuah amplop putih dengan namanya tertulis rapi di atasnya. Dengan ragu, ia membuka amplop itu. Di dalamnya terdapat sepucuk surat dan selembar undangan.

“Pak Budi yang terhormat,

Kami, seluruh karyawan di kantor ini, ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dedikasi dan kerja keras Bapak selama ini. Kami sadar, tanpa Bapak, kantor ini tak akan pernah sebersih dan senyaman ini. Mungkin bagi sebagian orang pekerjaan Bapak terlihat sepele, tapi bagi kami, Bapak adalah pahlawan di balik layar.

Kami telah menyiapkan sebuah acara kecil untuk Bapak sebagai tanda terima kasih kami. Semoga Bapak bersedia hadir di ruang rapat pukul 12 siang nanti.”

Air mata Pak Budi menggenang. Ia tak pernah menyangka bahwa orang-orang di kantor memperhatikan keberadaannya, apalagi sampai mengadakan acara untuknya.

Saat jarum jam menunjukkan pukul 12, dengan langkah ragu ia menuju ruang rapat. Begitu pintu terbuka, tepuk tangan meriah menyambutnya. Hampir seluruh pegawai berkumpul di sana. Di tengah ruangan, sebuah kue besar dengan tulisan “Terima Kasih Pak Budi” terpampang di atas meja. Beberapa pegawai bergantian memberikan ucapan terima kasih, menceritakan bagaimana kehadiran Pak Budi telah memberi arti bagi mereka.

Seorang manajer muda, yang dulu saat magang sering lupa membuang sampahnya sendiri, kini berdiri di hadapan Pak Budi. Dengan suara sedikit bergetar, ia berkata, “Dulu saya menganggap hal-hal kecil seperti kebersihan bukanlah hal penting. Saya sering meninggalkan meja berantakan, berpikir bahwa itu bukan tugas saya untuk membersihkannya. Tapi saya sadar, Pak Budi telah mengajari saya satu hal penting—menghargai setiap orang, tanpa memandang pekerjaannya.”

Pak Budi hanya bisa tersenyum, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia tak pernah meminta penghargaan, tapi hari itu ia merasakan betapa setiap jerih payahnya dihargai.

Hari itu, di sebuah kantor kecil di Yogyakarta, bukan hanya Pak Budi yang belajar sesuatu. Semua pegawai di sana belajar bahwa sekecil apa pun peran seseorang, mereka tetaplah bagian penting dalam sebuah sistem. Dan menghargai jasa orang lain adalah hal yang sederhana, tapi mampu memberikan kebahagiaan yang luar biasa.

Hikmah: Dalam kehidupan, sering kali kita hanya memberi penghargaan kepada mereka yang berada di posisi tinggi, sementara orang-orang yang bekerja di balik layar sering kali terlupakan. Padahal, tanpa mereka, sistem tidak akan berjalan dengan baik. Menghargai jasa orang lain, sekecil apa pun, tidak hanya membuat mereka merasa berarti, tetapi juga menjadikan dunia tempat yang lebih hangat dan penuh rasa hormat. (Lintas Priangan)

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More