Wasbang

Indonesia, Si Paling “Unity in Diversity”

lintaspriangan.com, WASBANG. Amerika Serikat adalah sebuah negara yang terdiri dari banyak negara bagian. Ada 50 negara bagian di dalamnya. Ini berarti, ada 50 presiden, 50 lagu kebangsaan, dan 50-50 lainnya. Mayoritas negara bagian di Amerika Serikat ini berada dalam satu hamparan daratan. Batas antara negara bagian yang satu dengan yang lain, bukan sungai besar apalagi lautan. Banyak perbatasan antara negara bagian yang hanya berupa pagar dan pos penjagaan, dilengkapi dengan atribut bendera Amerika Serikat yang bersandingan dengan bendera negara bagian masing-masing.

Pemandangan yang sama juga dapat kita lihat dengan kasat mata di Benua Eropa dan Benua Afrika. Di kedua daratan ini, ada puluhan negara berdiri. Mereka satu daratan, di antara mereka bahkan banyak yang tidak terpisahkan meski hanya dengan sebuah selokan, tapi negara mereka berbeda. Di daratan Benua Eropa tercatat ada 51 negara. Dan di Benua Afrika ada 54 negara.

Kita bandingkan dengan negara yang kita cintai, Indonesia. Berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982, Indonesia sudah diakui sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Jumlah pulaunya memang bukan yang terbanyak. Meski begitu, Indonesia adalah negara pemilik hampir 17.500 pulau. Yang membuat sebuah negara dinobatkan jadi negara kepulauan terbesar memang bukan sekedar jumlah pulau, tapi seberapa luas wilayah negara tersebut.

Sekitar 17.500 gugusan pulau yang ada di Indonesia, satu sama lain dipisahkan oleh selat dan lautan. Bukan sekedar sungai apalagi selokan. Yang memisahkan pulau yang satu dengan yang lain adalah lautan, yang luasnya bisa mencapai ratusan kilometer. Sekedar gambaran, Laut Jawa, ini laut yang ada di antara Pulau Jawa dan Kalimantan, lebar maksimalnya mencapai 380 kilometer. Lebih besar lagi lebar Laut Banda, yang jaraknya mencapai 500 kilometer. Sekali lagi, belasan ribu daratan yang terhampar di Indonesia bukan dipisahkan oleh sungai atau selokan, tapi oleh lautan.

Tapi uniknya, meski belasan ribu pulau itu dipisahkan oleh laut yang luas, tapi semuanya bersepakat untuk berada di bawah satu naungan negara, yakni Indonesia. Ini yang membuat Indonesia berbeda dengan mayoritas daratan lain yang ada di dunia. Di banyak belahan dunia, meski satu daratan, mereka tak bisa jadi satu negara. Sebaliknya, Indonesia, meski tersusun dari belasan ribu daratan, tapi mempersatukan diri di bawah pangkuan ibu pertiwi. Seolah, lautan bagi orang Indonesia bukanlah pemisah atau pembatas. Laut bagi kita, justru pemersatu antara satu nusa dengan nusa lainnya.

Ini baru bicara tentang daratan yang berbeda, yang bersatu dalam sebuah negara. Belum lagi jika dilihat dari unsur bahasa misalnya. Banyak belahan dunia lain yang bahasanya relatif sama. Contoh di dataran Benua Amerika dan Eropa, dimana bahasa Inggris jadi bahasa utama yang digunakan sehari-hari. Begitupun dengan Jazirah Arab. Ada kemiripan bahasa sehari-hari yang digunakan di negara-negara Arab. Tapi, mereka tidak bisa jadi satu negara.

Kita lihat Indonesia. Di negara yang kita cintai ini, bahasa daerah masih mendominasi komunikasi sehari-hari. Dari Sabang hingga Merauke, ada sekitar 700 bahasa yang digunakan penduduknya saat berinteraksi. Uniknya lagi, meski bahasa sehari-hari mereka berbeda, negara mereka tetap satu, Indonesia.

Jadi kalau mau melihat pengejawantahan konsep Unity in Diversity, alias semangat persatuan dalam perbedaan, Indonesia adalah tempatnya! (Lintas Priangan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button