Tokoh Kota Tasikmalaya Komentari Status Whatsapp Diky Candra

lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Riuh soal status WhatsApp Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Candra Negara, ternyata menarik perhatian tokoh masyarakat Kota Tasikmalaya. Ia adalah Drs. H. Otong Koswara, M.Si., pimpinan Pesantren Tarbiyatul Ummah sekaligus mantan Ketua DPRD Kota Tasikmalaya. Ia menilai, munculnya pernyataan simbolik Diky di ruang terbuka bukan sekadar luapan emosi, melainkan sinyal kuat bahwa kondisi internal Pemerintah Kota Tasikmalaya tengah berada dalam fase yang tidak biasa.
Sebelumnya, publik dihebohkan oleh unggahan status WhatsApp Diky pada Kamis (04/12/2025) yang berbunyi:
“Prajurit bingung, bila tujuan perang tidak jelas. Apa yang akan kita perangi? Bagaimana strateginya? Kemana awal melangkah? Prajurit akan banyak diam, bisa saja berkhianat, bahkan yang terburuknya bisa saling tembak bila ‘perintah tidak jelas’.”
Status tersebut ramai ditafsirkan sebagai sindiran keras terhadap kondisi internal pemerintahan, bahkan diduga diarahkan kepada Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan. Sejumlah sumber internal Pemkot menyebut, unggahan itu merefleksikan kegamangan arah kepemimpinan dan tersendatnya komunikasi strategis antar pimpinan.
“Kalau Orang Seperti Diky Sudah Mengeluh, Berarti Sudah Masuk Fase Kritis”
Menurut Otong Koswara, membaca karakter Diky tak bisa dilepaskan dari perjalanan hidupnya. Ia menilai Diky sebagai sosok yang terbiasa hidup dalam tekanan.
“Diky itu daya tahannya kuat. Dia tumbuh dari bawah. Pernah jadi kondektur saat remaja, pernah merasakan tidak mampu bayar sekolah anak. Orang seperti ini bukan tipe yang mudah mengeluh,” kata Otong, kepada Lintas Priangan, Senin (08/12/2025).
Bagi Otong, justru fakta bahwa Wakil Wali Kota Tasikmalaya itu sampai menuliskan keresahannya di ruang publik menjadi indikator penting.
“Kalau sampai dia menulis status yang bisa dibaca banyak orang, itu menandakan situasinya sudah masuk fase kritis. Tidak lagi sekadar masalah kecil,” ujarnya.
Otong juga menguatkan argumennya dengan pengakuan dari dua saudaranya yang pernah menjabat sebagai kepala SKPD di Kabupaten Garut, saat Diky menjabat sebagai Wakil Bupati Garut. Dari cerita keduanya, Otong menyimpulkan satu hal: integritas Diky nyaris tak diragukan.
“Cerita yang saya terima konsisten. Dia pekerja keras, integritasnya kuat, kreatif, inovatif, dan punya keberanian. Dia bukan tipe yang nyaman diam ketika melihat sesuatu tidak beres,” katanya.
Dorongan untuk Diky Candra: Bergerak, Tapi Jaga Niat
Dari seluruh pertimbangan itu, Otong menyampaikan pesan yang tegas namun berhati-hati: Diky tidak perlu ragu untuk mengambil langkah. Menurutnya, seorang Wakil Wali Kota Tasikmalaya memang seharusnya hadir sebagai penyeimbang dan penguat, apalagi ketika situasi internal mulai retak.
“Kalau memang ada yang perlu dibenahi, silakan ambil langkah. Dia bisa menemukan mitra yang satu frekuensi di dalam pemerintahan. Bahkan kalau tidak pun, selama dia membuka ruang komunikasi, dukungan dari luar sangat mungkin mengalir,” ujar Otong.
Namun ia memberi satu penekanan penting: soal niat.
Langkah politik dan administratif apa pun, menurut Otong, harus berdiri di atas niat yang lurus. Bukan untuk “mengoreksi secara brutal”, apalagi menjatuhkan.
“Niatkan untuk membantu dan memperkuat Wali Kota Tasikmalaya, bukan merusak atau mendiskreditkan. Niatkan untuk kebaikan kota ini, bukan semata-mata politis apalagi sekadar pencitraan,” tegasnya.
Otong bahkan menyampaikan pernyataan yang cukup reflektif tentang posisi Diky hari ini:
“Untuk kondisi sekarang, publik mungkin hanya bisa berharap pada Diky. Bukan sekadar karena jabatannya sebagai wakil wali kota, tapi karena karakternya memang siap melangkah.”
Di tengah sorotan publik yang semakin keras pada dinamika kepemimpinan di Tasikmalaya, pernyataan Otong Koswara menambah lapisan baru narasi. Status WhatsApp yang awalnya dianggap simbolik, kini berubah menjadi pintu masuk perbincangan lebih besar: tentang arah kepemimpinan, komunikasi kekuasaan, dan masa depan tata kelola Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Apakah Wakil Wali Kota Tasikmalaya akan mengambil langkah nyata, atau justru memilih memperhalus gelombang? Publik masih menunggu. Dan seperti prajurit dalam metafora yang ditulis Diky Candra, publik kini berharap satu hal sederhana: perintah yang jelas! (AS)




