Jembatan Bambu Pangandaran Nyaris Ambruk: Warga Taruh Nyawa di Urat Nadi Desa

Warga Pangandaran nekat seberangi sungai akibat jembatan bambu penghubung desa nyaris ambruk.
Jembatan Bambu Pangandaran Jadi Ancaman Baru Warga Desa
lintaspriangan.com, BERITA PANGANDARAN — Sebuah jembatan bambu Pangandaran yang selama bertahun-tahun menjadi urat nadi kehidupan warga kini berubah menjadi ancaman nyata. Struktur bambu tua di Dusun Munggang Gondang, Desa Purbahayu, Kecamatan Pangandaran, itu nyaris ambruk setelah tiga bulan terakhir dibiarkan tanpa perbaikan. Setiap hari, ratusan warga terpaksa menantang maut menyeberangi sungai demi bekerja, bersekolah, atau mengakses layanan kesehatan.
Kondisi jembatan bambu Pangandaran yang rusak parah ini tampak jelas saat pantauan lapangan pada Rabu (8/10/2025). Banyak bagian yang patah, lapuk, dan berlubang akibat usia serta derasnya aliran air sungai. Di beberapa titik, bambu yang menjadi pijakan warga sudah miring dan menggantung tak beraturan.
Alih-alih menunggu bantuan yang belum kunjung datang, warga memilih jalur cepat dan berisiko: menyeberangi sungai secara langsung. Pilihan berbahaya ini dilakukan lantaran jalur alternatif memutar sejauh dua kilometer dianggap terlalu jauh dan melelahkan, terutama bagi anak sekolah dan lansia.
“Setiap kali melewati jembatan ini, kami cemas. Banyak bambu yang sudah patah, dan kalau memutar, harus menempuh jarak dua kilometer lagi,” ujar Wiwin Hasanah, warga setempat, sambil menunjukkan bagian jembatan yang menggantung di atas arus sungai.
Menurut Wiwin, saat musim hujan tiba, ketakutan warga kian bertambah. Arus sungai yang deras membuat siapa pun yang nekat menyeberang bisa terseret air. “Kami tahu risikonya, tapi mau bagaimana lagi? Ini satu-satunya jalan kami,” katanya lirih.
Warga Minta Pemerintah Segera Perbaiki Jembatan Penghubung
Keresahan warga Dusun Munggang Gondang bukan tanpa alasan. Jembatan bambu ini menjadi penghubung utama antara Desa Purbahayu dan Desa Sukahurip, dua wilayah yang saling menopang dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan pendidikan. Kondisi rusaknya jembatan membuat aktivitas warga lumpuh setengahnya.
Ketua RT setempat, Sukaya, mengatakan warga sudah berulang kali menyampaikan laporan kepada pemerintah desa dan kabupaten, namun belum mendapat tanggapan nyata. Ia menegaskan, keselamatan warga kini benar-benar bergantung pada kecepatan respons pemerintah daerah.
“Kami berharap Pemerintah Kabupaten Pangandaran segera bertindak. Kondisi jembatan ini sudah sangat membahayakan,” ujar Sukaya.
Ia menambahkan, dalam beberapa pertemuan warga, masyarakat bahkan sepakat menggalang dana swadaya untuk memperbaiki sebagian struktur jembatan. Namun, keterbatasan biaya membuat upaya itu hanya sebatas tambalan sementara.
Menurut Sukaya, jembatan bambu Pangandaran itu bukan sekadar infrastruktur sederhana. Ia simbol konektivitas sosial dan ekonomi warga pedesaan yang menggantungkan hidup pada jalur tersebut. “Setiap hari ada anak sekolah, pedagang, dan warga yang lalu-lalang. Kalau ini dibiarkan ambruk, dampaknya akan besar sekali,” tegasnya.
Kontras dengan Pembangunan Wisata di Pangandaran
Ironisnya, kondisi memprihatinkan jembatan bambu Pangandaran ini terjadi di tengah geliat pembangunan besar-besaran di sektor wisata. Kabupaten yang dikenal dengan pantainya ini sedang gencar mempercantik kawasan pesisir, membangun infrastruktur pariwisata, dan menggaet investor.
Namun, di balik megahnya proyek-proyek itu, ada wajah lain dari Pangandaran: warga desa yang masih berjibaku menyeberangi sungai tanpa jembatan layak. “Kalau pemerintah serius ingin memajukan pariwisata, mestinya infrastruktur dasar seperti jembatan ini juga diperhatikan,” kata Asep Rahman, tokoh pemuda setempat.
Asep menilai, pembangunan daerah tidak bisa hanya bertumpu pada sektor pariwisata tanpa memerhatikan akses pendukung masyarakat lokal. Ia menekankan bahwa akses desa ke pusat ekonomi juga bagian dari fondasi kemajuan daerah.
“Kita tidak menolak pembangunan wisata, tapi jangan sampai masyarakat di desa seperti kami justru tertinggal,” ujarnya.
Menurut data Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pangandaran, terdapat lebih dari 40 jembatan desa dengan kondisi ringan hingga berat yang menunggu perbaikan. Namun, anggaran pemeliharaan infrastruktur desa dinilai belum memadai dibandingkan lonjakan kebutuhan lapangan.
Harapan Warga untuk Solusi Nyata
Kini, warga Dusun Munggang Gondang hanya bisa berharap jembatan bambu Pangandaran segera mendapat perhatian serius. Mereka meminta agar jembatan diganti dengan konstruksi beton atau baja ringan yang tahan lama dan aman dilalui.
“Kalau jembatan ini diperbaiki, kami bisa hidup tenang lagi. Anak-anak bisa sekolah tanpa takut, dan warga bisa bekerja tanpa risiko,” kata Wiwin menutup percakapan.
Kisah warga Dusun Munggang Gondang ini seakan menjadi potret kecil dari tantangan pembangunan di daerah yang masih berjuang antara kebutuhan dasar dan impian besar menjadi destinasi unggulan.
Pemerintah Kabupaten Pangandaran diharapkan tidak hanya fokus pada pembangunan destinasi wisata, tetapi juga memastikan bahwa setiap jengkal wilayahnya memiliki akses aman dan layak. Sebab, infrastruktur dasar seperti jembatan bambu Pangandaran inilah yang sejatinya menjadi penghubung nyata antara kemajuan dan kesejahteraan warga.
Kesimpulan
Warga Pangandaran berharap jembatan bambu segera diperbaiki agar aktivitas ekonomi dan pendidikan kembali berjalan aman. (Lintas Priangan/Arrian)