KPAD Kota Tasikmalaya: Kekerasan Pada Anak Meningkat Akibat 2 Hal Ini
Kekerasan terhadap anak kembali menjadi sorotan di Kota Tasikmalaya. Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) mengungkap bahwa media sosial dan pola asuh yang keliru menjadi dua faktor utama yang memicu peningkatan kasus.

lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Kekerasan terhadap anak di Kota Tasikmalaya meningkat, dengan media sosial dan pola asuh buruk sebagai penyebab utama. Ketua KPAD menekankan pentingnya pengawasan digital dan pendekatan keluarga yang sehat. KPAD juga mengajak seluruh pihak, termasuk pemerintah, untuk bersama melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan. Simak analisis lengkap faktor dan langkah pencegahan kekerasan terhadap anak.
Dampak Media Sosial dan Pola Asuh Jadi Sorotan KPAD
Lonjakan kasus kekerasan terhadap anak di Tasikmalaya memantik keprihatinan banyak pihak. Ketua KPAD Kota Tasikmalaya, Rina Marlina, menilai bahwa maraknya penggunaan media sosial tanpa pengawasan telah membuka celah bagi anak-anak mengakses konten yang tidak sesuai usia. Dalam peringatan Hari Anak Nasional 2025 di Bale Kota Tasikmalaya, Rina menyatakan bahwa pengaruh digital kerap membentuk perilaku menyimpang pada anak.
“Media sosial menjadi tantangan baru. Tanpa pengawasan, anak bisa mudah terpapar hal negatif yang memicu penyimpangan perilaku,” ujar Rina.
Ia juga menyayangkan masih lemahnya sistem kontrol digital dan minimnya keterlibatan orang tua maupun guru dalam mengarahkan anak saat berselancar di dunia maya. Situasi ini diperparah oleh pola asuh keluarga yang tidak sehat. Komunikasi yang kaku, kurangnya empati, serta gaya pengasuhan otoriter justru memperbesar risiko kekerasan terhadap anak.
Kekerasan terhadap anak, menurut data KPAD, telah mencatatkan lebih dari 200 kasus sepanjang 2022 hingga 2025. Jenisnya beragam, dari kekerasan fisik, psikis, perundungan, hingga kekerasan seksual yang menjadi kasus terbanyak.
Rina menyebut bahwa lingkungan keluarga seharusnya menjadi garda terdepan dalam perlindungan anak. Namun realitanya, justru banyak kekerasan bermula dari rumah. “Kami masih sering menerima laporan terkait konflik pengasuhan dan penelantaran anak,” ungkapnya.
Oleh karena itu, KPAD mendorong keterlibatan semua unsur masyarakat untuk menciptakan ruang tumbuh yang aman dan ramah anak. Tidak hanya orang tua dan sekolah, tetapi juga pemerintah daerah diminta aktif dalam menyusun regulasi yang berpihak pada perlindungan anak.
“Perlindungan anak tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan kolaborasi semua pihak. Ini adalah tanggung jawab bersama,” tegas Rina.
Sebagai bagian dari solusi, KPAD Kota Tasikmalaya terus mengintensifkan program edukasi dan sosialisasi. Mereka fokus pada penguatan peran orang tua dalam pengasuhan serta edukasi tentang penggunaan media sosial secara bijak.





