Berita Tasikmalaya

Penyakit Ini Sedang Menyerang Ribuan Warga Kota Tasikmalaya, Gara-Gara Sampah?

lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Sebuah informasi yang mengejutkan meluncur begitu saja dari mulut Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Menurutnya, sejak Januari hingga Mei 2025, lebih dari 1200 warga Kota Tasikmalaya sedang diserang penyakit yang sama. Pernyataan ini sontak menuaii kegelisahan masyarakat. Terlebih, sangat mungkin angka tersebut mirip fenomena gunung es, ketika yang teridentifikasi hanya sebagian kecil, dan angka sebenarnya jauh lebih besar.

“Sejak Januari hingga Mei 2025, 1.267 warga Kota Tasikmalaya terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat, sebagaimana dilansir di berbagai media. Ledakan jumlah pengidap ISPA ini kemudian menempatkan Kota Tasikmalaya masuk dalam 10 besar daerah dengan penderita ISPA terbanyak.

Yang unik, pernyataan dari Dinas Kesehatan tentang apa penyebab peningkatan jumlah kasus ISPA di Kota Tasikmalaya. Kata dinas tersebut, peningkatan ini disebabkan karena cuaca yang tidak menentu.

“Paling gampang memang nyalahin alam. Jadi tidak ada faktor pemerintah yang salah. Padahal, jelas-jelas manajemen sampah di Kota Tasikmalaya buruk,” terang Diki Samani, pemerhati masalah sosial dan pemerintahan di Tasikmalaya.

Redaksi Lintas Priangan pun merasa tertarik dengan pernyataan singkat Diki, dan mencoba menelusuri fakta-fakta empiris tentang ISPA dan manajemen sampah. Hasilnya, ternyata banyak sekali riset ilmiah yang senada dengan apa yang disampaikan Diki.

Riset-riset ilmiah menunjukkan bahwa buruknya kualitas udara, yang dihasilkan dari sampah yang tidak dikelola dengan baik, dapat meningkatkan potensi gangguan pernapasan akut. Sebut saja misalnya menurut penelitian Rojas et al. (2018), yang menyimpulkan pembakaran sampah yang tidak terkendali menghasilkan polusi udara dalam bentuk partikel halus (PM 2.5). Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan, termasuk meningkatkan risiko ISPA. Ditambah lagi, sampah yang tidak terkelola baik menjadi sarang bagi patogen yang bisa tersebar ke udara, memperburuk kualitas udara dan memperburuk kondisi kesehatan masyarakat.

Penelitian lainnya, misal yang dilakukan oleh Smith et al. (2016), mengungkapkan bahwa mikroorganisme dalam sampah bisa meningkatkan infeksi saluran pernapasan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga menjadi penyebab utama gangguan saluran pernapasan yang berbahaya bagi warga di daerah dengan manajemen sampah yang buruk.

Kota Tasikmalaya tidak bisa lagi hanya mengandalkan solusi sementara. Wali Kota Viman harus memimpin dengan tegas dan mendorong kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta untuk menciptakan perubahan yang nyata dalam pengelolaan sampah. Ini adalah masalah yang tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena dampaknya sangat besar terhadap kesehatan warga.

“Kalau nurani Wali Kota Tasikmalaya tergerak dengan fenomena ISPA ini, seharusnya dia bertindak cepat dan lebih konkret. Ini bukan tentang 100 hari kerja, ini urusan kesehatan warga yang jelas-jelas sedang terancam, bahkan ini juga urusan generasi ke depan,’ tegas Diki.

Sebuah rilis dari UNICEF membuat fenomena ISPA dan sampah seharusnya menjadi perhatian serius. Dalam rilis tersebut, ditegaskan bahwa dampak terbesar ISPA ternyata pada segmen anak-anak dan kelompok rentan. Usia anak-anak dan remaja yang tinggal di lingkungan dengan penanganan sampah yang buruk memiliki sistem imun dan paru-paru yang masih berkembang. Mereka menjadi segmen yang paling terdampak.

Anak-anak adalah masa depan. ISPA ini sangat rentan pada usia yang masih berkembang. Jika tidak segera bertindak, bukan hanya kualitas hidup yang terganggu, tetapi juga kesehatan generasi berikutnya yang terancam.

Sok atuh, segera duduk bersama. Dari pemberitaan saya tahu, mulai banyak ASN yang bergerak proaktif untuk program Nyaah ka Sepuh dan Stunting. Coba sampah juga dibuat lebih masif dan konkret. Buka komunikasi dengan berbagai pihak. Kalau pemkot tidak bisa cepat, sampaikan pada warga. Kalaupun misal warga harus urunan, saya kira bukan opsi yang haram. Untuk kebaikan dan keselamatan bersama, tak perlu merasa gengsi,” pungkas Diki. (Lintas Priangan/AA)

Giuliana P. Sesarani

Giuliana Puti Sesarani, S.H. Redaktur Pelaksana Lintas Priangan [lintaspriangan.com]

Related Articles

Back to top button