Video Perundungan di Tasikmalaya, Remaja Putri Dibully 4 Orang

lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Video perundungan di Tasikmalaya kembali memicu kegelisahan publik setelah sebuah rekaman berdurasi kurang dari satu menit beredar cepat di media sosial sejak Sabtu pagi (06/12/2025). Dalam video tersebut, terlihat empat remaja perempuan merundung satu remaja putri lain di sebuah bangunan bambu sempit yang diduga berada di atas kolam. Tanpa keterangan lokasi maupun waktu, video itu langsung menyedot perhatian warga, terutama karena suasananya begitu jelas menggambarkan tindakan perundungan.
Korban terlihat terduduk tak berdaya di tengah lingkaran empat pelaku. Dari visualnya, para pelaku memaki, menekan, bahkan menampar kepala korban. Salah satu dari mereka juga terlihat mengguyur kepala korban dengan air. Bentakan-bentakan terekam jelas bersama percakapan bernada mengancam, seperti “anjing aing kurang kumaha ka si goblog…” hingga sindiran-sindiran yang menegaskan bahwa mereka mengenal korban sebelumnya.
Percakapan dalam video tersebut memberikan kesan bahwa hubungan mereka sebelumnya merupakan pertemanan, namun diduga muncul masalah internal yang memicu ledakan emosi hingga berubah menjadi tindakan perundungan.
Belum ada keterangan resmi terkait siapa korban maupun para pelaku. Namun beredar informasi dari warganet yang menyebut bahwa korban diduga berasal dari Kecamatan Cipedes, sementara para pelaku berasal dari wilayah berbeda: Mangkubumi, Manonjaya, Salopa, dan Cilembang. Informasi ini masih berupa klaim warganet dan belum dapat dipastikan kebenarannya.
Sorotan Warga: Dari Tindakan Kekerasan hingga Busana Remaja
Bukan hanya kekerasan fisik dan verbal dalam video perundungan di Tasikmalaya yang jadi sorotan. Warganet juga ramai membahas busana para remaja yang ada dalam rekaman. Dalam video, terlihat setidaknya dua remaja mengenakan pakaian yang dinilai sebagian warga kurang etis: satu menggunakan celana pendek, sementara satu lainnya mengenakan atasan yang terbuka di kedua pundak.
Sejumlah komentar warganet menyayangkan bahwa para remaja tersebut tidak hanya terlibat dalam tindakan perundungan, tetapi juga mengenakan pakaian yang dianggap tidak sesuai dengan norma umum. Terlebih, jika benar mereka adalah warga Tasikmalaya yang identik dengan identitas sebagai Kota Santri. Namun sebagian warganet lainnya menilai bahwa fokus utama seharusnya tetap pada kekerasan yang terjadi, bukan pada busana para remaja tersebut.
Situasi lingkungan dalam rekaman pun ikut menjadi perhatian. Lokasi kejadian tampak seperti saung atau bangunan bambu kecil di atas kolam. Kondisi lokasi yang sempit menambah kesan intimidatif terhadap korban yang tidak memiliki ruang gerak untuk melindungi diri.
Polisi Diminta Turun Tangan, Publik Mendesak Identifikasi Pelaku
Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari kepolisian Tasikmalaya mengenai video perundungan di Tasikmalaya tersebut. Namun derasnya komentar publik membuat tagar “Tasikmalaya” naik di beberapa platform media sosial. Banyak warga meminta kepolisian segera mengidentifikasi para pelaku, termasuk memeriksa kebenaran informasi soal lokasi dan asal para remaja itu.
Beberapa warga yang mengaku mengenali suara atau logat dalam video menduga insiden tersebut terjadi di wilayah sekitar Kota Tasikmalaya. Meski begitu, tanpa bukti visual yang jelas, informasi tersebut masih belum dapat dipastikan.
Para pemerhati anak dan aktivis perlindungan perempuan juga meminta agar kasus ini ditangani serius. Mereka menilai bahwa penyebaran video tanpa perlindungan identitas korban berpotensi menambah trauma yang dialami remaja tersebut.
Hingga kini, video perundungan di Tasikmalaya masih terus beredar di berbagai platform. Warga berharap aparat segera melakukan penelusuran dan memberikan klarifikasi agar situasi tidak dipenuhi spekulasi yang justru memperkeruh keadaan. Sebab, di balik satu video yang tersebar, ada seorang remaja yang tampaknya mengalami tekanan fisik dan psikologis yang tidak ringan.
Jika aparat berhasil mengungkap lokasi dan identitas para pihak dalam video tersebut, publik berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran agar tindak perundungan tidak lagi dianggap hal sepele, apalagi dilakukan di kalangan remaja yang masih mencari bentuk pergaulan. Torehan kekerasan semacam ini tidak hanya mencoreng wajah remaja Tasikmalaya, tetapi juga menambah panjang daftar kasus perundungan yang muncul lewat rekaman video di media sosial. (AS)




