Berita Tasikmalaya

Arak Bali dan Pisau Dapur, Mengundang Duka di Tasikmalaya

lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Di pelataran bekas Pasar Ikan Cieunteung, Tasikmalaya, malam turun perlahan seperti biasa. Udara lembap membawa aroma sisa hujan, dan di antara bangunan tua yang sepi, sekelompok anak muda berkumpul melepas penat. Mereka duduk bersila di lantai semen, berbagi cerita, sebagian larut dalam tawa, sebagian lagi dalam suasana yang diam-diam mulai kehilangan kendali karena sebotol arak bali.

Dani Ramdiansyah, 33 tahun, hadir malam itu dengan niat sederhana. Ia baru pulang dari kota besasr, membawa harapan baru. Ya, ia pulang dengan satu niat mulia: mengurus lamaran kerja, demi menata masa depan yang ia idamkan. Tak ada gelagat tegang, tak ada tanda bahwa malam itu akan menjadi akhir dari kisahnya. Ia hanya duduk bersama teman-temannya, ikut mendengar celoteh mereka yang sesekali lepas arah oleh hangatnya malam.

Perbincangan mereka terus bergulir ringan: tentang pekerjaan, tentang pengalaman masing-masing selama terpisah, atau tentang kebersamaan masa kecil yang indah. Obrolan khas teman lama yang tak selalu teratur tapi penuh kenangan.

Namun di tengah tawa dan senda gurau, terdengar nada bicara yang tiba-tiba meninggi. Kata-kata yang semula ringan berubah tajam, menusuk harga diri. Di sisi lain, ada yang mulai kehilangan kendali diri. Boleh jadi amarah yang disimpan, yang mulai membara karena disiram arak bali.

Dan seperti api yang bertemu bensin, letupan kecil itu berubah menjadi tragedi. Dalam hitungan detik, seorang teman lama berdiri, matanya merah, suaranya pecah oleh emosi. Pisau dapur yang tak semestinya berada di sana, tiba-tiba terayun, tepat menghunjam dada kiri Dani. Seketika, tubuhnya ambruk di lantai dingin pasar yang sudah lama tak ramai.

Dani sempat dilarikan ke RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, tapi nyawanya tak tertolong. Polisi kemudian memasang garis kuning di sekitar lokasi kejadian, mengamankan barang bukti, termasuk sebilah pisau dan beberapa sisa benda yang menandai suasana sebelum peristiwa itu terjadi, termasuk sebuah botol arak bali.

Keterangan dari kepolisian menyebut, pelaku dan korban merupakan teman kecil. Mereka tinggal satu lingkungan, hanya beda gang. Mereka tumbuh di tempat yang sama, bermain di jalanan yang sama, berbagi cerita masa kecil yang sama. Tapi malam itu, masa lalu runtuh dalam sekejap. Persahabatan yang dulu erat tak mampu menahan amarah yang datang mendadak, hingga satu kesalahan kecil menghapus semua yang pernah hangat.

Dugaan mengemuka, pelaku sempat meneguk minuman keras jenis arak bali sebelum kejadian. Hal yang mungkin dianggap biasa di antara teman sebaya itu, ternyata menjadi awal dari hilangnya kendali diri. Tak ada yang menyangka, satu tegukan bisa berakhir dengan satu kehilangan besar.

Kini, di tengah kesunyian bangunan tua eks Pasar Ikan Cieunteung, hanya ada garis polisi dan doa yang menggantung di udara. Dani datang membawa niat baik untuk memperbaiki hidup, tapi yang menyambutnya justru takdir yang tak bisa dijelaskan. Ia tak pernah tahu, malam sederhana itu akan menjadi akhir dari perjalanan panjangnya.

Pisau dapur dan botol arak bali kini disimpan sebagai barang bukti. Namun bagi orang-orang yang mengenalnya, luka yang ditinggalkan jauh lebih dalam dari sekadar tikaman di dada. Ia menorehkan pesan diam, bahwa terkadang, bahaya tidak datang dari orang asing, melainkan dari lingkar tawa yang terlalu akrab.

Saat Hangat Malam Berubah Jadi Bara

Kasus ini bukan sekadar catatan kriminal. Ia adalah cermin kecil tentang betapa rapuhnya kendali manusia ketika emosi bertemu pengaruh luar. Arak Bali yang dalam budaya tertentu hanya simbol kebersamaan, di tangan yang salah bisa menjadi pemantik petaka.

Tak ada yang salah dengan malam dan kebersamaan. Yang keliru adalah saat nalar kehilangan tempatnya. Tragedi di eks Pasar Ikan Cieunteung mengingatkan, bahwa setetes kehilangan kesadaran bisa menenggelamkan hidup banyak orang. Dan di setiap tawa yang tercipta malam itu, kini hanya tersisa keheningan yang tak sempat meminta maaf. (GPS)

Giuliana P. Sesarani

Giuliana Puti Sesarani, S.H. Redaktur Pelaksana Lintas Priangan [lintaspriangan.com]

Related Articles

Back to top button