Jabar Dikepung Bencana: Banjir Rob dan Banjir Bandang Datang Bersamaan

lintaspriangan.com, BERITA JAWA BARAT. Kamis hingga Jumat, 4–5 Desember 2025, Jawa Barat kembali diuji cuaca ekstrem. Hujan intensitas tinggi, gelombang laut yang meninggi, hingga sistem drainase yang kewalahan membuat sejumlah wilayah hampir bersamaan diterjang banjir rob, banjir bandang, banjir limpasan, hingga longsor. Dari Bandung hingga pesisir Subang, dari Sukabumi hingga Garut, laporan bencana datang bertubi-tubi seperti rangkaian domino yang jatuh satu per satu.
Di tengah luasnya sebaran bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengerahkan semua personel, dibantu TNI, Polri, dan warga. Beruntung, di seluruh kejadian yang terdata hingga Jumat siang, tak ada korban jiwa.
Bandung Terendam, Bojongsoang Paling Parah
Bencana pertama tercatat di Kabupaten Bandung pada Kamis (4/12) petang. Hujan deras sejak 18.15 WIB membuat air meluap di lima kecamatan. Desa/Kelurahan Cingcin di Soreang; Bojongsoang di Kecamatan Bojongsoang; Kamasan dan Margahurip di Banjaran; serta Cangkuang Wetan di Dayeuhkolot masuk daftar terdampak.
“Derasnya hujan menyebabkan air meluap cepat, terutama di permukiman dataran rendah,” kata Pranata Humas BPBD Jabar, Hadi Rahmat, Jumat (5/12).
Bojongsoang menjadi wilayah paling berat terdampak: 615 rumah dan 615 KK terendam. Di Kamasan ada 80 rumah, Cangkuang Wetan 47, Cingcin 6, dan di Margahurip satu rumah rusak sedang akibat kuatnya arus. Seluruh 47 KK di Cangkuang Wetan terpaksa mengungsi demi keselamatan.
BPBD mencatat tinggi muka air bervariasi dari 0 hingga 70 sentimeter, dan asesmen masih berlangsung. Petugas berjaga mengantisipasi potensi banjir susulan menyusul hujan yang belum sepenuhnya reda.
Di tengah laporan ini, publik kembali mengingat tiga jenis banjir yang sering muncul di Jawa Barat. Banjir bandang biasanya datang dari aliran hulu atau gunung dengan air deras membawa batu, kayu, dan lumpur—datangnya mendadak. Banjir rob adalah kebalikannya: air laut naik pelan namun pasti, merendam pesisir. Sementara banjir limpasan terjadi karena air hujan tak sempat masuk ke drainase, lalu mengalir liar ke permukiman. Ketiganya bisa terjadi bersamaan saat cuaca ekstrem, dan pola itulah yang kini terjadi di Jabar.
Subang Diserang Dua Arah: Rob dari Laut, Bandang dari Gunung
Di Kabupaten Subang, bencana datang dari dua sisi: pesisir utara dan pegunungan selatan. Di wilayah Pantai Utara (Pantura), banjir rob merendam ratusan rumah di Desa Mayangan dan Legonwetan, Kecamatan Legonkulon.
“Banjir rob kali ini lebih besar dibanding sebelumnya,” ujar Kepala BPBD Subang, Udin Jazudin.
Data sementara mencatat 266 rumah di Mayangan dan 487 rumah di Legonwetan terendam. Udin memperkirakan jumlah sebenarnya lebih banyak karena masih ada wilayah yang belum terdata. Ia menilai ketiadaan tembok penahan ombak permanen membuat pesisir Subang rentan dihantam pasang laut tinggi. Upaya penggunaan geobag sebelumnya terbukti tidak mampu menahan debit rob kali ini.
Berbarengan dengan itu, banjir bandang terjadi di Kecamatan Cisalak. Air dari kawasan Gunung Kembar sempat tertahan, lalu jebol sekaligus ke permukiman. Aliran deras yang membawa kayu, batu, dan lumpur menghantam Desa Mayang dan merusak 4–6 rumah.
“Airnya berasal dari aliran sungai kecil, tapi jumlahnya langsung besar karena tumpah sekaligus,” ujar Udin.
Sukabumi dan Garut Tak Luput, Longsor Tutup Jalan
Di Kota Sukabumi, hujan deras selama dua hari memicu banjir limpasan di sedikitnya 20 titik. Drainase yang tersumbat sampah membuat air meluap ke jalan-jalan permukiman.
“Fokus utama saat ini memastikan keselamatan warga dan membuka akses jalan dari material longsor maupun pohon tumbang,” kata Kepala BPBD Sukabumi, Yosep Sabaruddin.
Banjir limpasan paling banyak terjadi di Kecamatan Citamiang dengan tiga titik kejadian. Warudoyong, Cibeureum, dan Lembursitu juga tergenang. Satu hari sebelumnya, BPBD mencatat tujuh titik bencana lain: empat banjir limpasan, satu longsor, dan satu kerusakan bangunan akibat cuaca ekstrem.
Sementara itu, Garut mengirim laporan empat titik longsor: Kampung Kadulempeng (Wangunjaya), Pasir Gedong (Talagajaya), Patrol dan Ciawitali (Tanjungjaya). Longsor di Ciawitali menjadi yang paling parah karena material menutup badan jalan utama hingga aktivitas warga lumpuh.
Dari Bandung hingga Subang, dari Sukabumi hingga Garut, pola bencananya jelas: hujan ekstrem, kondisi geografis rawan, serta kesiapan infrastruktur yang belum memadai. Jika cuaca masih tak bersahabat, Jawa Barat tampaknya harus bersiap menghadapi rentetan bencana hidrometeorologi dalam beberapa hari ke depan. (AS)




