Hotel di Tasikmalaya Terus Alami Penurunan Tingkat Hunian

lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Selama satu tahun terakhir, hotel di Tasikmalaya terus menghadapi penurunan tingkat hunian. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tasikmalaya menunjukkan bahwa pada Agustus 2025, tingkat penghunian kamar (TPK) gabungan hotel bintang dan nonbintang hanya 31,22 persen. Angka tersebut lebih rendah 2,92 poin dibanding Juli 2025 yang mencapai 34,14 persen.
Jika dibandingkan dengan Agustus 2024, penurunan terlihat lebih tajam. Saat itu, TPK tercatat 34,69 persen. Artinya, dalam satu tahun terakhir, tingkat hunian hotel Tasikmalaya menurun 3,47 poin.
Penurunan Terjadi di Semua Jenis Hotel di Tasikmalaya
Kepala BPS Kota Tasikmalaya, Agung Hartadi, S.ST., M.E, menyampaikan bahwa penurunan terjadi di seluruh jenis hotel. Pada Agustus 2025, hotel berbintang di Tasikmalaya hanya mencatat TPK 43,57 persen, lebih rendah 4,58 poin dari Juli 2025 yang mencapai 48,15 persen.
Sementara itu, hotel nonbintang di Tasikmalaya mencatat tingkat hunian 17,26 persen, turun 1,05 poin dari bulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, penurunan pada hotel berbintang mencapai 2,29 poin, sedangkan hotel nonbintang menurun 2,92 poin.
Agung menjelaskan, kondisi ini menandakan sektor perhotelan belum sepenuhnya pulih. Aktivitas wisata dan perjalanan bisnis di Tasikmalaya belum kembali seperti sebelum pandemi. “Perubahan pola wisata dan tekanan ekonomi membuat tingkat hunian hotel di Tasikmalaya sulit naik,” ujarnya dalam laporan BPS Kota Tasikmalaya yang dirilis awal Oktober lalu.
Tamu Kian Singkat Menginap
Selain penurunan okupansi, durasi menginap tamu di hotel juga makin singkat. Pada Agustus 2025, rata-rata lama menginap hanya 1,07 malam, sedikit lebih rendah dari Juli yang mencapai 1,08 malam.
Tamu asing rata-rata tinggal 1,74 malam, sedangkan tamu domestik hanya 1,07 malam. Di hotel berbintang di Tasikmalaya, rata-rata tamu menginap 1,08 malam, sementara di hotel nonbintang hanya 1,03 malam.
Data tersebut memperlihatkan bahwa wisatawan, terutama lokal, cenderung tidak berlama-lama di kota ini. Durasi menginap yang pendek turut menekan pendapatan pelaku perhotelan dan usaha pendukung wisata lainnya.
Sektor Perhotelan Butuh Dukungan dan Inovasi
BPS Kota Tasikmalaya menilai, sektor perhotelan memerlukan dorongan agar kembali tumbuh. Pelaku usaha perlu berinovasi melalui program promosi, kolaborasi dengan pelaku wisata, dan peningkatan kualitas layanan.
Pemerintah daerah juga bisa membantu dengan memperbanyak event budaya, festival kuliner, dan promosi destinasi wisata, sehingga wisatawan tertarik untuk bermalam lebih lama di hotel.
Pelaku perhotelan berharap tingkat hunian meningkat menjelang akhir tahun. Libur panjang Natal dan Tahun Baru biasanya menjadi momentum terbaik bagi hotel untuk meningkatkan okupansi. Namun hingga kini, tren tahunan dari Agustus 2024 hingga Agustus 2025 masih menunjukkan penurunan.
Agar sektor ini pulih, hotel di Tasikmalaya perlu memperkuat daya tarik dan memperluas kerja sama dengan berbagai pihak. Upaya tersebut diharapkan mampu mengembalikan gairah industri pariwisata kota yang sempat menurun. (GPS)