Berita Tasikmalaya

Dinsos Kota Tasikmalaya Slogannya Keren, Tapi Audiensi Main Emosi

lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Kontroversi insiden emosi Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kota Tasikmalaya, Budy Rachman, dalam audiensi bersama warga Panglayungan masih terus bergulir. Setelah perdebatan sengit yang viral di media sosial, kini muncul kritik tajam dari kalangan pemerhati sosial.

Salah satunya datang dari Diki Samani, seorang peminat isu sosial dan pemerintahan di Tasikmalaya. Menurut Diki, sikap emosional yang dipertontonkan Kadinsos jelas bertolak belakang dengan slogan resmi Dinas Sosial Kota Tasikmalaya.

“Kalau kita lihat di akun resmi media sosial Dinsos Kota Tasikmalaya, mereka punya slogan HEBAT, akronim dari Humanis, Empati, Beradab, Adaptif, dan Tulus. Slogan itu terdengar luar biasa. Tapi sayangnya, apa yang terjadi di audiensi justru kebalikannya,” tegas Diki, Kamis (18/9/2025).

Diki menilai, slogan tersebut kini tak lebih dari sekadar hiasan kata-kata manis. Fakta di lapangan menunjukkan perilaku Kadinsos yang mudah tersulut emosi, bahkan ketika menangani urusan rakyat miskin yang sedang menuntut haknya.

“Kalau slogan SKPD-nya saja mengusung nilai-nilai mulia, mestinya kepala dinasnya bisa jadi teladan. Tapi kenyataannya, sedikit dipertanyakan warga langsung marah. Itu kan tidak sesuai slogan. Lima kata mulia dalam slogan HEBAT langsung runtuh oleh perilaku yang emosional,” kritiknya.

Lebih jauh, Diki mengingatkan bahwa pejabat publik harus memiliki kesadaran moral sebagai abdi negara sekaligus abdi rakyat. Apapun alasannya, kata dia, tidak sepatutnya seorang pejabat terpancing emosi saat menghadapi masyarakat yang justru sedang kesulitan.

“Abdi rakyat tidak boleh emosian. Harus selalu sadar diri, Indonesia ini masih hidup dari uang rakyat kecil, dari pajak kaum miskin. Mereka digaji dari uang rakyat, dapat tunjangan, fasilitas, bahkan hidupnya dibiayai oleh pajak masyarakat. Jadi, jangan sampai lupa diri. Kalau tidak bisa menyayangi rakyat, setidaknya jangan kasar kepada rakyat,” tegas Diki.

Ia juga menyoroti bahwa kasus ini bisa menjadi pelajaran penting bagi seluruh pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya. Menurutnya, rasa malu dan kesadaran diri harus selalu dijaga.

“Pejabat harus tahu malu. Harus sadar diri bahwa jabatan itu amanah, bukan tempat untuk mempertontonkan ego. Jangan seolah-olah pejabat itu penguasa. Mereka pelayan, bukan tuan,” imbuhnya.

Diki berharap insiden ini tidak hanya menjadi viral sesaat, tetapi benar-benar jadi momentum introspeksi bagi Dinas Sosial Kota Tasikmalaya. Ia menegaskan, slogan HEBAT seharusnya diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan hanya sekadar lips service.

“Kalau mau disebut HEBAT, ya buktikan dengan sikap humanis, empati, beradab, adaptif, dan tulus. Jangan hanya tempelan kata di media sosial, tapi nol besar dalam perilaku nyata,” pungkasnya. (Lintas Priangan/AA)

Related Articles

Back to top button