Mushola Ponpes Roboh, 100-an Santri Tertimbun Reruntuhan di Sidoarjo

lintaspriangan.com, BERITA NASIONAL. Tragedi memilukan melanda Pondok Pesantren Al-Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo, Senin (29/9/2025) sore. Saat salat Asar berjamaah, mushola Ponpes roboh, 100-an santri tertimbun reruntuhan. Bangunan ambruk mendadak, menutup jalan keluar sehingga puluhan santri kesulitan menyelamatkan diri.
Seorang saksi menuturkan, suara gemuruh keras terdengar beberapa detik sebelum seluruh bagian mushola runtuh. Getaran itu membuat panik jamaah, namun sebagian besar tidak sempat keluar. Data pondok menunjukkan sekitar 91 santri masih tertimbun material bangunan hingga proses evakuasi dimulai.
Evakuasi Santri Berlangsung Dramatis
Tim SAR gabungan segera mengevakuasi korban. Petugas menggali celah kecil agar bisa menjangkau santri yang terjebak. Mereka menunda penggunaan alat berat karena khawatir memicu runtuhan tambahan. Proses penyelamatan berlangsung penuh risiko, tetapi tim terus berusaha menyalurkan oksigen, makanan, dan air minum ke ruang sempit tempat santri bertahan.
BNPB melibatkan 332 personel dari Basarnas, BPBD, Dinas PU, TNI-Polri, Tagana, dan relawan. Hingga Selasa malam, tim sudah mengevakuasi sekitar 100 orang. Sayangnya, tiga santri meninggal dunia, yakni Mochammad Mashudulhaq (14) asal Surabaya, Muhammad Soleh (22) asal Bangka Belitung, dan Maulana Alfan Abrahimafic (15) asal Surabaya.
Puluhan santri lainnya mengalami luka-luka. Sebagian mendapat perawatan di RSUD Sidoarjo dan rumah sakit di Surabaya. Keluarga santri berbondong-bondong mendatangi lokasi pondok, menunggu kabar anggota keluarga mereka yang belum ditemukan.
Tuntutan Transparansi dan Penyidikan
Peristiwa mushola Ponpes roboh, 100-an santri tertimbun reruntuhan langsung memicu reaksi publik. Anggota Komisi VIII DPR, Maman Imanulhaq, meminta pemerintah mengusut tuntas penyebab ambruknya bangunan. Menurutnya, kelalaian tidak boleh dibiarkan karena bangunan pondok seharusnya memenuhi standar teknis.
“Kami mendorong penyelidikan terbuka. Jika ada pihak lalai, harus ada sanksi hukum,” tegas Maman.
Hingga kini, petugas belum memastikan jumlah santri yang masih terjebak. Namun, sensor mendeteksi enam orang masih hidup di bawah reruntuhan. Tim penyelamat berusaha membuka jalur aman agar bisa mengevakuasi mereka tanpa risiko tambahan.
Masyarakat berharap pemerintah tidak hanya menuntaskan evakuasi, tetapi juga mengevaluasi standar pembangunan pesantren. Transparansi penyelidikan sangat ditunggu, sebab keluarga korban ingin jawaban yang pasti mengapa bangunan bisa roboh begitu cepat.