Berita Garut

Perjuangan Siswa SD di Garut Berangkat Sekolah Subuh di Tengah Gelap

Menyentuh! Video viral perjuangan siswa SD Kampung Citamiang, Garut, berangkat pukul 5 pagi demi gapai cita-cita. Akses jalan curam & rusak parah.

Viral, Kisah Perjuangan Siswa SD Menembus Subuh

lintaspriangan.com, Berita Garut – Sebuah rekaman video berdurasi singkat yang menunjukkan pemandangan memilukan perjuangan siswa SD berangkat sekolah saat hari masih diselimuti kegelapan subuh telah mengguncang media sosial dan memicu gelombang keprihatinan publik. Video yang diunggah oleh akun TikTok Jujun Junaedi ini memperlihatkan sekelompok anak Sekolah Dasar (SD) berjalan kaki dengan susah payah, menyusuri jalan berbatu dan curam di tengah remang-remang pagi, hanya mengandalkan penerangan seadanya.

Dalam rekaman tersebut, terdengar suara seorang ibu yang memanggil anaknya agar segera menyusul rombongan teman-temannya di depan. “Tuh nya, telat saeutik teh tuluy we barudak (tuh kan telat sedikit, berangkat deh anak-anak), hei dagoan (hei tunggu),” ujar suara perempuan tersebut. Intonasi suaranya jelas mengandung kekhawatiran dan keprihatinan mendalam atas kondisi yang harus dihadapi anak-anak itu setiap pagi. “Ya Allah wayah kieu tos taruluy, ieu barudak wayah kieu tos taruluy Allahu Akbar, naon ieu meni geus arindit (Ya Allah, hari begini sudah berangkat, ini anak-anak hari begini sudah berangkat Allahu Akbar, kenapa sudah berangkat begini),” keluh sang ibu, mengekspresikan betapa tidak lazimnya waktu keberangkatan sekolah anak-anak tersebut.

Video ini segera menjadi viral dan menuai ribuan komentar. Banyak warganet yang menyampaikan rasa iba sekaligus bangga yang luar biasa terhadap semangat belajar anak-anak di daerah terpencil ini. Mereka dipaksa untuk meninggalkan rumah sejak selepas waktu salat Subuh demi mengejar pendidikan, sebuah pemandangan yang kontras dengan fasilitas dan akses pendidikan di perkotaan.

Suara dalam video yang menjadi lead utama dalam kisah ini diidentifikasi sebagai milik Ai Anita (37), warga Kampung Citamiang, Desa Cikondang, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Ia adalah ibu dari salah satu siswa yang terekam dalam rombongan anak-anak heroik tersebut. Dihubungi pada Selasa (4/11/2025) malam, Ai membenarkan bahwa itu adalah suaranya dan video tersebut memang direkam oleh suaminya.

Ai menjelaskan bahwa perekaman dan pengunggahan video ini memiliki tujuan mulia. Hal ini dilakukan bukan untuk mencari sensasi, melainkan sebagai upaya tulus agar masyarakat luas, terutama pemangku kebijakan di pemerintahan, bisa membuka mata dan menyadari kondisi nyata yang telah puluhan tahun dihadapi warga Kampung Citamiang. Kondisi krusial yang mereka soroti adalah akses jalan yang rusak parah, curam, dan sangat sulit ditembus oleh kendaraan. “Bukan hanya jelek pak, jalannya curam, jadi susah dilalui kendaraan,” tutur Ai, menekankan betapa beratnya medan yang harus dilalui.

Tiga Kilometer Demi Sekolah: Jalan Curam dan Jembatan Rawayan Berlubang

Rincian perjuangan siswa SD ini semakin mempertegas kebutuhan mendesak akan intervensi infrastruktur. Setiap hari, anak-anak di Kampung Citamiang harus memulai perjalanan menuju ilmu sejak pukul 05.00 pagi, waktu yang masih gelap gulita. Mereka menempuh jarak kurang lebih tiga kilometer untuk mencapai SDN Cikondang 1.

Baca juga: Siaga Bencana Pangandaran, Kapolres Pimpin Apel Gabungan

Jalur yang mereka lalui adalah jalan desa yang penuh tanjakan, berbatu, dan hampir mustahil dilalui oleh sebagian besar jenis kendaraan. Meskipun ada beberapa orang tua yang mencoba mengantar menggunakan sepeda motor, namun tidak semua pemilik motor berani melintasi jalur ini karena kecuramannya yang ekstrem. Oleh karena itu, berjalan kaki menjadi pilihan utama, bahkan sebuah keharusan, bagi sebagian besar siswa.

Demi alasan keamanan, anak-anak ini selalu berkumpul di satu titik dan berangkat secara berkelompok. Strategi ini, seperti yang terekam dalam video viral, memberikan sedikit rasa aman dalam perjalanan yang berat tersebut.

Selain kondisi jalan yang sangat buruk, ada rintangan alam lain yang harus mereka taklukkan, yaitu Jembatan Rawayan. Anak-anak harus menyeberangi jembatan gantung (rawayan) sepanjang sekitar 70 meter yang membentang di atas Sungai Cisanggiri. Kondisi jembatan ini sudah jauh dari kata layak. Berlubang di sana-sini, kondisinya memicu kekhawatiran besar di kalangan orang tua. Saking berbahayanya, beberapa orang tua memilih untuk mengantar anak mereka hanya sampai di jembatan karena takut anaknya terjatuh. Sementara itu, sebagian orang tua lain memilih mengantar anak mereka berjalan kaki sampai ke pintu gerbang sekolah.

Secara rata-rata, perjalanan harian ini memakan waktu sekitar dua jam. Jika cuaca sangat cerah dan tidak ada hambatan berarti, anak-anak biasanya tiba di sekolah sekitar pukul 06.30 pagi, dan paling lambat mereka sudah harus berada di sekolah pada pukul 06.45 pagi (jam 7 kurang 15 menit). Itu artinya, mereka menghabiskan waktu setidaknya satu setengah jam perjalanan sebelum lonceng sekolah berbunyi.

Ai Anita mengungkapkan harapannya yang besar melalui publikasi video tersebut. Ia berharap, kisah perjuangan siswa SD ini benar-benar dapat mengetuk hati pemerintah daerah dan pusat untuk segera memberikan perhatian serius terhadap perbaikan infrastruktur di Kampung Citamiang. “Anak saya baru beberapa bulan sekolah di sini. Awalnya sempat di Ciamis di tempat suami. Tapi di sana tidak betah, jadi balik lagi meski kondisinya seperti ini,” tutup Ai, menunjukkan tekad kuat anak-anaknya untuk tetap bersekolah meski dihadapkan pada kesulitan harian yang luar biasa.

Suami Ai, Jujun Junaedi, yang mengunggah video tersebut, menegaskan bahwa rekaman yang diambil sekitar satu minggu lalu itu (Selasa atau Rabu) bukanlah untuk mencari popularitas semu. Tujuannya murni, yakni “agar kondisi jalan dan perjuangan anak-anak di desanya mendapat perhatian publik dan pemerintah.” Video ini adalah corong suara, yang merepresentasikan jeritan hati warga yang mendambakan perbaikan akses jalan untuk masa depan generasi penerus bangsa.

Perjuangan siswa SD di Kampung Citamiang, Garut, menempuh 3 km jalan rusak dan gelap subuh memicu perhatian. Aksi heroik ini menuntut pemerintah segera perbaiki infrastruktur vital. (MD)

Related Articles

Back to top button