Miras Oplosan Tasikmalaya Renggut Nyawa 2 Remaja

lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Dua remaja di Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, meninggal dunia setelah menenggak miras oplosan berbahan alkohol 70 persen. Peristiwa yang mengguncang warga Sukaratu ini menambah panjang daftar kasus miras oplosan di Tasikmalaya, yang belakangan kembali marak di kalangan anak muda.
Kedua korban yang tewas diketahui berinisial I (16) dan IR (16). Keduanya mengembuskan napas terakhir setelah sempat menjalani perawatan di fasilitas kesehatan. I meninggal saat berada di Puskesmas Panumbangan, sedangkan IR tak tertolong ketika hendak dirujuk ke Rumah Sakit Permata Bunda, Kota Tasikmalaya.
Selain dua korban tewas, lima remaja lain turut mengalami keracunan dengan tingkat keparahan berbeda. Mereka adalah J (15), R (23), DG (15), DMS (15), dan H. Sebagian hingga kini masih menjalani perawatan medis, sementara beberapa di antaranya sudah dibolehkan pulang karena kondisinya membaik.
Kasus ini pertama kali terungkap setelah laporan warga masuk ke Polsek Sukaresik pada Minggu (23/11/2025) malam. Informasi awal menyebutkan adanya para remaja yang mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi minuman beralkohol yang diduga diracik sendiri. Laporan tersebut langsung ditindaklanjuti dengan olah TKP oleh Satnarkoba Polres Tasikmalaya Kota bersama Tim Identifikasi Satreskrim pada Senin (24/11/2025) pagi di Desa Sukaratu.
Alkohol Dibeli Online, Polisi Temukan Bukti Kuat
Dalam pemeriksaan di lokasi, polisi menemukan sejumlah barang bukti seperti jeriken berisi sisa alkohol 70 persen, bungkus minuman berenergi, serta peralatan yang diduga digunakan untuk meracik miras oplosan. Dari temuan awal, alkohol tersebut dibeli secara online oleh para remaja itu sebelum dicampur dengan minuman energi dan air mineral.
Kasat Narkoba Polres Tasikmalaya Kota, AKP Yayu Wahyudi, membenarkan bahwa racikan minuman itu menjadi penyebab keracunan para remaja. Ia menjelaskan bahwa kadar alkohol yang sangat tinggi, ditambah cara konsumsi yang sembarangan, membuat tubuh para korban tidak mampu bertahan. Ia juga memastikan pihaknya terus mendalami peredaran bahan baku yang digunakan dalam oplosan tersebut.
“Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa alkohol 70 persen itu dibeli secara daring. Lalu dicampur dengan minuman berenergi untuk dikonsumsi bersama,” ujar AKP Yayu. Temuan ini sekaligus mempertegas bahwa bahan berbahaya semacam itu sangat mudah diakses, terutama oleh remaja yang belum memahami risiko kesehatan yang ditimbulkannya.
Sebelum polisi membeberkan hasil penyelidikan, warga setempat sudah lebih dulu geger karena mendengar kabar dua anak muda meninggal secara hampir bersamaan. Sebagian warga mengaku tak menyangka bahwa peristiwa itu dipicu oleh miras campuran yang diracik seadanya. Apalagi para korban dikenal sering terlihat berkumpul bersama di akhir pekan, namun tidak pernah menunjukkan tanda-tanda terlibat penyalahgunaan minuman keras sebelumnya.
Kronologi Lengkap Menjelang Tragedi
Berdasarkan rangkaian informasi yang dihimpun kepolisian, peristiwa ini bermula pada Jumat malam (21/11/2025). Sejumlah remaja berkumpul di rumah R sekitar pukul 19.00 WIB. Mereka kemudian mencampur alkohol 70 persen dengan minuman berenergi dan mulai menenggaknya. Setelah beberapa gelas, mereka berpindah ke pos ronda sebelum kembali lagi ke rumah R hingga lewat tengah malam.
Menjelang pukul 22.00 WIB, J pulang lebih awal. Sementara I dan R bergerak menuju rumah IR di Kampung Babakan Awun. Di sana mereka bertemu DG dan DMS. Kelompok itu kembali menenggak oplosan di pos ronda hingga dini hari, sebelum akhirnya bubar dan pulang masing-masing sekitar pukul 04.00 WIB.
Keesokan paginya, beberapa dari mereka mulai merasakan mual dan muntah. Kondisi I dan IR memburuk lebih cepat dibanding yang lain. I sempat dilarikan ke Puskesmas Panumbangan pada Minggu pagi, namun nyawanya tidak tertolong. IR mengalami hal serupa. Ia dirawat sejak Sabtu malam, namun meninggal saat hendak dirujuk ke RS Permata Bunda.
Sementara itu, J, R, dan DMS harus menjalani perawatan medis karena mengalami gejala keracunan cukup serius. DG dan H beruntung karena kondisinya cepat membaik setelah mendapatkan penanganan awal.
Peringatan Keras bagi Remaja Tasikmalaya
Tragedi ini menjadi peringatan bahwa miras oplosan masih menjadi ancaman nyata bagi remaja di Tasikmalaya. Mudahnya akses bahan berbahaya, ditambah minimnya pemahaman risiko, menjadikan kasus seperti ini bisa terulang kapan saja. Aparat kepolisian memastikan penyelidikan tetap berlanjut untuk menelusuri peredaran bahan kimia yang digunakan dalam racikan tersebut.
Kasus Miras Oplosan Tasikmalaya ini bukan hanya soal pelanggaran, tetapi juga sinyal keras bahwa edukasi dan pengawasan terhadap anak muda harus diperkuat, sebelum korban berikutnya muncul. (GPS)




