Berita Tasikmalaya

BMKG: Mulai 11 Desember, Tasik–Ciamis Masuk Zona Waspada

lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menetapkan wilayah Tasikmalaya dan Ciamis masuk dalam kategori Waspada curah hujan tinggi mulai 11 hingga 20 Desember 2025. Peringatan ini datang dari Stasiun Klimatologi Jawa Barat yang merilis prakiraan Dasarian II, periode ketika dinamika atmosfer biasanya mulai tidak ramah kepada warga di selatan Jawa Barat.

Dalam rilis resminya, BMKG menyebut pola pembentukan awan di sebagian besar Jawa Barat menunjukkan penguatan yang signifikan. Udara basah dari Samudra Hindia bergerak ke pesisir selatan, kemudian menumpuk di wilayah perbukitan Priangan Timur. Hasilnya: hujan intensitas sedang hingga lebat yang berpotensi turun dalam durasi panjang.

Tasikmalaya dan Ciamis menjadi dua wilayah yang disebut secara eksplisit dalam kategori Waspada. Meski belum mencapai status Siaga atau Awas, kondisi ini tidak bisa dipandang ringan. Sejarah hidrometeorologi di dua kabupaten ini sudah sering membuktikan bahwa curah hujan tinggi biasanya datang dengan paket lengkap: genangan, banjir bandang, pohon tumbang, dan tanah longsor.

Tak mengherankan jika imbauan BMKG kali ini terasa sebagai alarm dini. Peringatan yang jika diabaikan sering berujung pada penyesalan massal ketika aliran air tiba-tiba mencari jalannya sendiri.

Ancaman Bencana di Daerah Rawan Tasik–Ciamis

Di Tasikmalaya, beberapa titik rawan genangan sudah dikenal luas oleh warga. Daerah dengan sistem drainase yang tidak memadai kerap berubah menjadi kolam dadakan ketika hujan turun lebih dari satu jam. Sementara di bagian selatan yang berbukit, ancaman tanah longsor menjadi perhatian utama.

Hal serupa juga terjadi di Ciamis. Wilayah barat dan selatan yang berhimpitan dengan kontur perbukitan sering mengalami longsor tahunan, terutama saat intensitas hujan meningkat. Di desa-desa yang berada di jalur bantaran sungai, potensi banjir bandang menjadi kecemasan tersendiri, apalagi saat debit sungai naik mendadak.

BMKG melalui Stasiun Klimatologi Jawa Barat menegaskan bahwa kondisi atmosfer Desember tahun ini masih dipengaruhi anomali suhu permukaan laut yang membuat suplai uap air menuju Jawa Barat meningkat. Kombinasi ini memperkuat potensi terjadinya cuaca ekstrem, meski belum berada pada level paling berbahaya.

“Waspada bukan berarti panik. Waspada berarti siap,” begitu kira-kira makna dari imbauan BMKG yang mengajak masyarakat memperbarui informasi melalui kanal resmi seperti Instagram @bmkg_jawabarat dan situs Staklim Jabar.

Imbauan Kesiapsiagaan dan Minimnya Langkah Pemerintah Daerah

Di tengah peringatan ini, masyarakat diminta menghindari aktivitas luar ruangan saat hujan deras berlangsung. BMKG juga menekankan pentingnya memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, terutama di daerah dengan drainase buruk atau dekat tebing yang rentan longsor.

Namun, pertanyaan klasik kembali muncul: apakah pemerintah daerah, baik Tasikmalaya maupun Ciamis, sudah menyiapkan langkah konkret menghadapi potensi cuaca ekstrem? Hingga peringatan ini dirilis, belum terlihat pergerakan sigap yang biasanya dilakukan saat memasuki musim hujan, seperti pembersihan saluran air, pemantauan titik rawan longsor, atau kampanye mitigasi bencana.

Kondisi ini membuat sebagian warga merasa kewaspadaan lebih banyak dibebankan kepada masyarakat daripada pemerintah. Sebab, setiap musim hujan, keluhan yang muncul selalu sama: banjir di tempat yang sama, longsor di titik yang sama, dan penanganan yang datang setelah bencana lebih dulu datang.

Peringatan BMKG kali ini seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah daerah untuk tidak menunggu bencana datang baru bergerak. Tasikmalaya dan Ciamis membutuhkan kesiapsiagaan yang nyata, bukan hanya seremonial. Cuaca ekstrem tidak menunggu rapat koordinasi selesai, dan air tidak menunggu surat perintah turun.

Masyarakat berharap peringatan mulai 11 Desember ini benar-benar direspons sebagai sinyal bahaya, bukan sekadar pengumuman rutin di musim hujan. Jika tidak, daftar bencana tahunan di Tasik dan Ciamis berisiko bertambah panjang—dan seperti biasa, warga kecil yang paling dulu menanggung akibatnya. (AS)

Related Articles

Back to top button