Beroperasi Siang Hari, Warung di Garut Disweeping AUI

lintaspriangan.com, BERITA GARUT. Pada tanggal 8 Maret 2025, sebuah video yang memperlihatkan aksi sweeping oleh sekelompok orang terhadap warung yang buka pada siang hari saat bulan puasa di Garut, Jawa Barat, menjadi viral di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat anggota dari Aliansi Umat Islam (AUI) Kabupaten Garut melakukan razia terhadap warung kopi yang melayani pelanggan yang tidak berpuasa.
Aksi sweeping ini menuai sorotan karena tindakan yang dianggap berlebihan, seperti menggebrak meja dan menumpahkan minuman pelanggan. Beberapa pelanggan yang kedapatan tidak berpuasa mendapatkan teguran keras dari anggota ormas tersebut.
Menanggapi kejadian ini, pihak kepolisian setempat segera turun tangan untuk mendalami insiden tersebut. Kapolres Garut menyatakan bahwa tindakan sweeping oleh ormas tidak dibenarkan dan menegaskan bahwa penegakan hukum adalah wewenang aparat kepolisian. Beliau juga menambahkan bahwa pihaknya akan memanggil perwakilan ormas terkait untuk dimintai keterangan dan memastikan kejadian serupa tidak terulang.
Selain itu, aksi sweeping ini juga mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah. Bupati Garut memimpin rapat koordinasi dengan instansi terkait untuk membahas insiden tersebut. Dalam rapat tersebut, Bupati menekankan pentingnya toleransi dan menghormati hak individu selama bulan Ramadan. Beliau juga menginstruksikan Satpol PP untuk lebih proaktif dalam melakukan pengawasan dan penertiban sesuai dengan prosedur yang berlaku, tanpa melibatkan ormas dalam tindakan yang bersifat penegakan hukum.
Menanggapi kritik yang muncul, AUI Kabupaten Garut menyampaikan permohonan maaf atas tindakan anggotanya yang dianggap berlebihan. Mereka mengakui bahwa aksi sweeping tersebut tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya dan berjanji akan melakukan evaluasi internal untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Sementara itu, Wakil Bupati Garut juga turut menegur ormas dan Satpol PP yang melakukan razia tersebut. Beliau menegaskan bahwa tindakan mengusir paksa warga yang tidak berpuasa tidak tepat dilakukan dan meminta semua pihak untuk lebih bijak dalam menyikapi perbedaan selama bulan Ramadan.
Kejadian ini memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Sebagian mendukung tindakan ormas dalam menjaga kesucian bulan puasa, sementara yang lain mengkritik metode yang digunakan karena dianggap melanggar hak asasi dan cenderung anarkis. Para ahli hukum menekankan bahwa penegakan aturan terkait ibadah sebaiknya diserahkan kepada aparat yang berwenang dan dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Di sisi lain, beberapa tokoh masyarakat dan ulama setempat mengimbau umat Islam untuk lebih mengedepankan pendekatan persuasif dan edukatif dalam menegakkan nilai-nilai agama selama Ramadan. Mereka menekankan pentingnya memberikan contoh yang baik dan mengajak dengan cara yang santun, daripada melakukan tindakan yang dapat menimbulkan konflik. Namun, ada juga yang mengaku bahagia saat menonton video sweeping warung di Garut tersebut.
“Alhamdulillah, masih ada yang berani seperti FPI. Sekarang FPI sudah tidak ada. Meski saya juga berpendapat kalau cara yang kemarin itu salah. Memang caranya salah, tapi terkadang ada situasi yang memang harus dihadapi oleh kekuatan-kekuatan seperti ini,” terang seorang pengusaha di Garut yang enggan dipublikasikan namanya.
Insiden ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak tentang pentingnya toleransi, penghormatan terhadap hak individu, dan penegakan hukum yang sesuai prosedur. Diharapkan, ke depan, tidak ada lagi aksi-aksi sweeping oleh ormas yang berpotensi menimbulkan keresahan di masyarakat. Pemerintah daerah dan aparat keamanan diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan pengawasan untuk memastikan ketertiban dan kenyamanan selama bulan suci Ramadan.
Masyarakat juga diimbau untuk saling menghormati dan menjaga kerukunan antarumat beragama. Bagi yang tidak menjalankan ibadah puasa, diharapkan dapat menghormati mereka yang berpuasa dengan tidak makan atau minum di tempat umum. Sebaliknya, bagi yang berpuasa, diharapkan dapat menahan diri dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Pada akhirnya, kejadian ini mengingatkan kita semua akan pentingnya sikap saling menghormati dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, terutama di tengah keberagaman yang ada. Semoga momentum Ramadan ini dapat menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan kualitas spiritual serta sosial kita bersama. (Lintas Priangan)



