lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Ketua Gerakan Mahasiswa Kota Tasikmalaya (GMKT), Asep Kustiana, yang akrab dipanggil Aska, melontarkan kritik keras terhadap wacana pembentukan tim akselerasi pembangunan Kota Tasikmalaya. Menurut Aska, selain tidak populis, gagasan tersebut lebih menyerupai langkah serampangan dengan muatan kepentingan yang jauh dari semangat kepentingan rakyat.
Daripada Melahirkan Tim Bayangan, Mending yang Ada Optimalkan
Terkait munculnya wacana pembentukan tim percepatan pembangunan yang dimuat di beberapa media lokal Tasikmalaya, Aska dengan tegas menyatakan, Kota Tasikmalaya sudah tidak perlu tim, apalagi sekadar tim bayangan. Terlepas apakah usulan tersebut dari Fraksi Gerindra, atau dari koalisi partai, Aska bersikukuh, Kota Tasikmalaya sudah memiliki sistem yang cukup untuk mengelola pembangunan.
“Apa yang kurang? Wali Kota Viman punya akses politik yang kuat ke provinsi dan pusat. Wakil Wali Kota Diki punya kemampuan lobi, mediasi dan jejaring nonpemerintahan yang luar biasa. Sistem pendukung juga lengkap, dari ASN dengan kompetensi yang mumpuni hingga regulasi yang jelas. Mereka bukan anak kemarin sore. Seharusnya, yang perlu dioptimalkan adalah eksistensi para ASN dan SKPD, bukan malah membuat tim bayangan,” ujar Aska dengan nada sinis. Ia mengaku sangat heran dengan wacana yang menggulir dari gedung wakil rakyat tersebut.
“Para ASN itu ibarat prajurit. Jika mereka disuruh lari, mereka pasti lari. Semua sudah siap, perangkatnya juga sudah ada. Sistemnya ada, regulasinya ada, dan tentu saja mereka punya mekanisme yang jelas untuk bergerak. Lalu katanya mau bikin tim pemikir atau perancang? Lhaa… Buat apa ada Bappelitbangda? Apa jaminannya tim ini lebih hebat dari Bappelitbangda? Ujung-ujungnya nanti malah dikasih bimtek sama Bappelitbangda!”
Wacana Serampangan Kelas Warung Kopi
Selain tidak populis, Aska juga menilai wacara tersebut serampangan, alias asal-asalan.
“Wacana ini sepertinya bukan kelas wakil rakyat yang sedang berfikir kepentingan rakyat banyak. Wacana ini mirip obrolan warung kopi. Tanpa riset, tanpa observasi, tanpa melibatkan para ahli, ujug-ujug berimajinasi kesana-kemari. Parah ini,” tambahnya.
Wacana yang Sarat Kepentingan
Aska mencium aroma tak sedap di balik mengemukanya wacana pembentukan tim akselerasi pembangunan Kota Tasikmalaya. Menurutnya, jika direalisasikan, wacana ini akan memiliki efek domino yang panjang. Dan siapa yang diuntungkan, akan sangat mudah teridentifikasi.
“Nanti kalau ada tim baru, pasti ada jabatan baru dong. Kalau ada jabatan baru, berarti juga ada pendapatan baru, ada anggaran baru, ada fasilitas baru. Tapi orangnya nggak akan baru, pasti itu-itu juga. Apalagi kalau ternyata masih orang-orang legislatif. Jangan-jangan ini mirip fenomena artis amatir yang nyari panggung baru, karena di panggung lama mereka sudah kehabisan saweran. Kalau mau urun saran, kan mereka sudah punya mekanisme pokok pikiran (pokir–red). Salurkan saja lewat pokir,” ujar Aska.
Sebagai tambahan, Aska menyarankan agar komunikasi antar lembaga lebih diperkuat. “Yang dibutuhkan Kota Tasik hanyalah dua hal: komunikasi yang efektif antar lembaga dan sinergi yang solid. Tidak perlu pemain baru, karena yang sudah ada pun sudah cukup untuk membawa pembangunan lebih maju,. Kalau dipaksakan ada tim baru, apalagi dengan kapasitas begitu-begitu saja, yang ada malah jadi beban baru,” pungkas Aska. (Lintas Priangan/AA)