lintaspriangan.com, BERITA CIAMIS. Di tengah reruntuhan tembok yang tersungkur diam di salah satu sudut halaman SD Negeri Handapherang, tersisa harapan yang tak roboh. Bukan dari CSR gedung megah atau anggaran negara, melainkan dari hati yang pernah mengeja aksara pertama di ruang kelas sederhana itu. Sekumpulan hati yang tak lupa dari mana mereka berasal.
Benteng sekolah itu ambruk pada Maret lalu, menyisakan kekhawatiran bagi para siswa yang masih belajar di bawah langit yang sama. Bukan hanya dinding yang runtuh, namun juga rasa aman yang mulai rapuh, dan tentu saja rasa nyaman yang terusik. Sayangnya, karena keterbatasan anggaran, pemerintah daerah belum mampu menyentuh masalah itu. Namun di balik kesunyian upaya formal, muncul gema kepedulian yang tulus: dari para alumni.
Pendi, salah satu alumni SD Negeri Handapherang yang kini menjadi koordinator gerakan ini, tak mau tinggal diam. Bersama rekan-rekannya sesama lulusan sekolah tersebut, ia memutuskan untuk bertindak. Tanpa komando, tanpa honor, tanpa berfikir profit, mereka memulai langkah kecil yang bermakna besar: penggalangan dana untuk membangun kembali benteng sekolah mereka tercinta.
“Ini bukan sekadar tembok,” ujar Pendi kepada Lintas Priangan, Kamis (08/05/2025).
“Ini tentang rasa memiliki. Tentang tahu diri dan peduli. Tentang kenangan kami yang tumbuh di sini, dan tentang anak-anak yang kini sedang menanam masa depan di tempat yang sama,” tambah Pendi, diamini oleh rekan alumni lainnya.
Sejak diumumkan, gerakan ini sudah berhasil mengumpulkan sekitar Rp5 juta dari target Rp20 juta. Angka yang masih jauh dari cukup, namun bukan berarti langkah mereka terhenti. Seperti janji Tuhan, siapa yang bersungguh-sungguh, pasti diberi jalan. Begitupun dengan langkah mulia para alumni. Tuhan menghadirkan seorang dermawan di tengah mereka, yang bersedia memberikan dana talang agar pembangunan dapat segera dimulai. Harapan pun kembali berdiri tegak, setegar benteng yang sebentar lagi akan dibangun ulang.
Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis memberikan apresiasi atas inisiatif ini. “Gerakan para alumni ini menjadi teladan. Di saat dana belum tersedia dari pemerintah, mereka hadir sebagai solusi,” ujar Sigit, Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis.
Bagi masyarakat sekitar, aksi ini bukan hanya soal pembangunan fisik, tapi juga tentang merawat semangat gotong royong yang mulai langka di negeri ini. Di saat banyak yang memilih menunggu bahkan berburu bantuan pemerintah, para alumni ini justru melangkah lebih dulu, membawa gelombang semangat yang dahsyat.
Kisah Pendi dan para alumni SD Negeri Handapherang adalah pengingat bagi kita semua: bahwa sekolah bukan hanya bangunan, tapi rumah bagi ingatan kolektif, tempat masa depan dipahat sejak dini. Dan ketika rumah itu rapuh, sudah sepatutnya, merekalah yang pernah tinggal di dalamnya yang pertama datang menawarkan uluran tangan.
Dalam dinding yang kelak berdiri kembali itu, akan terukir kisah tentang cinta yang tak lapuk oleh waktu, tentang jejak kaki kecil yang tak lupa arah pulang. Dan di sela-sela bata yang disusun, ada harapan yang mengalir, dibangun dari hati-hati yang tak pernah lupa tempat mereka dibesarkan.
Apakah kita akan menjadi bagian dari mereka yang bergerak, atau sekadar penonton dari kejauhan? Mungkin inilah saatnya bagi kita semua untuk kembali menengok sekolah masa kecil—dan bertanya, apakah ia masih berdiri tegak? (Lintas Priangan/NANK)