Ai Beres Daftar, Stigma Langsung Beredar

lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Pemilihan Suara Ulang (PSU) untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tasikmalaya memasuki babak baru dengan pendaftaran resmi Hj. Ai Diantani sebagai calon Bupati. Langkah ini diambil setelah suaminya, Ade Sugianto, didiskualifikasi dari pencalonan sebelumnya. Pendaftaran yang berlangsung pada Minggu, 9 Maret 2025, ini menimbulkan berbagai reaksi dan stigma di kalangan masyarakat serta pengamat politik.
Proses Pendaftaran
Pada Minggu pagi, 9 Maret 2025, Ai Diantani, yang juga menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tasikmalaya dari fraksi PDI Perjuangan, tiba di kantor Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tasikmalaya. Kedatangannya didampingi oleh suaminya, Ade Sugianto, yang merupakan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Tasikmalaya. Kehadiran mereka disambut oleh Ketua KPU Kabupaten Tasikmalaya, Ami Imron Tamami, beserta jajaran komisioner lainnya.
Dalam proses pendaftaran tersebut, Ai Diantani menyerahkan berkas-berkas persyaratan pencalonan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setelah dilakukan verifikasi awal, KPU menyatakan bahwa berkas-berkas tersebut lengkap dan memenuhi syarat untuk diproses lebih lanjut. Ai Diantani menyampaikan rasa optimisnya dalam menghadapi PSU ini dan berharap dapat melanjutkan program-program yang telah direncanakan sebelumnya oleh suaminya.
Penggantian Calon dan Kontroversi
Penggantian calon Bupati ini terjadi setelah Ade Sugianto didiskualifikasi oleh KPU karena alasan yang tidak disebutkan secara rinci. Sebagai langkah strategis, DPC PDI Perjuangan Kabupaten Tasikmalaya menunjuk Ai Diantani untuk menggantikan posisi suaminya dalam kontestasi PSU. Keputusan ini menuai berbagai tanggapan dari masyarakat dan pengamat politik.
Beberapa pihak menilai bahwa penggantian calon dengan istri dari calon yang didiskualifikasi dapat menimbulkan persepsi negatif di masyarakat. Mereka berpendapat bahwa langkah ini terkesan sebagai upaya mempertahankan kekuasaan dalam lingkup keluarga, yang dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap integritas proses demokrasi.
Namun, pendukung PDI Perjuangan berargumen bahwa Ai Diantani memiliki kapasitas dan pengalaman yang memadai untuk memimpin Kabupaten Tasikmalaya. Sebagai anggota DPRD aktif, ia dianggap memahami permasalahan daerah dan memiliki jaringan politik yang kuat untuk mengimplementasikan kebijakan yang pro-rakyat.
Reaksi Masyarakat dan Media Sosial
Tak lama berselang setelah pendaftaran resmi Ai Diantani, media sosial dipenuhi oleh berbagai komentar dan opini dari masyarakat. Tagar #PSUTasikmalaya dan #AiDiantani menjadi trending topic di platform Twitter dan Instagram.
Sebagian netizen menyuarakan dukungan mereka terhadap Ai Diantani dengan alasan kontinuitas program pembangunan yang telah dirintis oleh Ade Sugianto. Mereka berharap Ai dapat melanjutkan visi dan misi yang telah dicanangkan sebelumnya.
Di sisi lain, tidak sedikit yang mengkritisi langkah tersebut sebagai bentuk nepotisme. Mereka khawatir bahwa penggantian calon dengan anggota keluarga inti dapat menciptakan preseden buruk dalam praktik politik lokal. Beberapa komentar menyebutkan bahwa hal ini mencerminkan kurangnya kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh partai politik.
Selain nepoitisme, stigma lain yang menyeruak ke permukaan antara lain oligarki. Tak sedikit pandangan yang meyakini, kelak jika Ai jadi bupati, pengaruh Ade Sugianto akan tetap sangat dominan. Lalu, muncul juga isu gender, bagaimana pandangan islam terhadap kepemimpinan perempuan. Satu lagi, tentang kapasitas dan kompetensi Ai. Banyak kalangan meyakini, kemampuan Ai belum cukup teruji jika harus menjadi orang nomor satu di Kabupaten Tasikmalaya.
“Pa Ade sebagai suaminya pasti akan selalu berada di belakang Bu Ai. Tapi dalam kapasitasnya sebagai Bupati, tidak setiap momentum suaminya bisa hadir. Ada panggung-panggung khusus yang memang Bu Ai dituntut untuk tampil secara mandiri. Nah, pada momentum inilah, bagaimanapun, istrinya belum sematang suaminya,” terang aktivis Forum Diskusi Albadar Institute, Diki Sam Ani, kepada Lintas Priangan, Senin (10/03/2025)
Dengan resminya pendaftaran Ai Diantani sebagai calon Bupati, tantangan besar menantinya dalam menghadapi PSU mendatang. Selain harus meyakinkan pemilih tentang kapasitas dan integritasnya, ia juga perlu menghadapi stigma dan persepsi negatif yang berkembang di masyarakat.
Para pendukungnya berharap bahwa Ai dapat membuktikan diri sebagai pemimpin yang kompeten dan mampu membawa perubahan positif bagi Kabupaten Tasikmalaya. Mereka menantikan program-program inovatif yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memajukan daerah.
“Pada akhirnya, PSU ini menjadi ujian bagi kedewasaan politik masyarakat Tasikmalaya. Apakah mereka akan memilih berdasarkan hubungan kekerabatan, popularitas, atau kompetensi dan integritas calon? Jawabannya akan terlihat pada hasil PSU mendatang, yang diharapkan dapat mencerminkan aspirasi dan harapan masyarakat untuk masa depan Kabupaten Tasikmalaya yang lebih baik,” pungkas Diki. (Lintas Priangan)