lintaspriangan.com, TAJUK LINTAS. Sepuluh tahun di bawah kepemimpinan Jokowi, peran media pers sebagai pilar keempat demokrasi bagaikan macam ompong. Suara kritis sebagai kontrol sosial dibungkam secara halus. Caranya dengan peternakan buzzer di bawah tim sukses Jokowi.
Kue iklan komunikasi publik Jokowi disalurkan untuk buzzer dan influencer. Sementara media konvensional yang berinvestasi mahal tidak diberdayakan. Belanja iklan untuk media pers sangat minim.
Maraknya media sosial dan makin bertambahnya jumlah konten kreator, ini akan menggeser pola jurnalistik profesional ke jurnalisme warga. Untuk menjadi jurnalis persyaratannya mahal, harus ikut UKW dan terikat dengan etika jurnalistik.
Produk berita para jurnalis ini semua tidak berharga dan tidak kompetitif. Pers kalah dengan akun-akun pribadi di media sosial yang punya banyak followers.
Tahun 2025 menjadi puncak pertarungan sengit kiamatnya media pers. Karyawan INews di-PHK, konon perusahaan pers tak mampu menggajinya. KompastTV terpaksa memberhentikan 150 karyawannya, sementara TVOnes melakukan hal sama pada 75 wartawannya. Hal serupa juga dialami oleh CNN, Viva, Emtek Group, MNC Group, bahkan media massa milik pemerintah: TVRI dan RRI.
Dan, sama sekali tidak ada proteksi dan advokasi dari pemerintah terhadap nasib hidup perusahaan pers agar tidak bangkrut.
Platform media digital yang berbasis teks pun kini berguguran. Para jurnalis tak siap bersaing dengan jurnalisme warga. Kue iklan menurun drastis sementara belanja media dari pemerintah pun tak signifikan.
Iklim persaingan tak sehat ini dinikmati oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Jutaan followers KDM membuat KDM jumawa. Anggaran belanja media yang semula Rp50 M, dipangkas jadi Rp3 M. Kini banyak media online di Jawa Barat sesak nafas. Konten KDM sudah merajalela di media sosial. Itulah sebabnya kini beberapa perusahaan media online pelan-pelan memboikot “berita kinerja KDM”.
Para jurnalis mulai enggan berteman dengan KDM. Pekerja pers tak punya harga di bawah keberlimpahan konten media sosial produksi tim KDM.
Beberapa veteran jurnalis di Bandung sudah siap memboikot semua pemberitaan KDM. Gerakan boikot sedang berlangsung dengan senyap, tapi masif. Laman portal berita tak ada kutipan KDM. Terkecuali, ketika angle yang menyeruak beraroma badnews.
Ada baiknya, KDM berkaca dari sosok pendahulunya: Ridwan Kamil dan/atau Ahok. Betapa keduanya pernah dielu-elukan rakyat, lalu kemudian merosot pada waktunya. Dan media, punya peran besar di dalamnya. (Lintas Priangan)