lintaspriangan.com, WAWAR. Kemarin malam, Minggu (06/04/2025), saya beserta keluarga main ke Taman Kota Tasikmalaya, yang letaknya berseberangan dengan Masjid Agung Kota Tasikmalaya. Sebagaimana kita tahu, jalan yang melintas antara taman dengan masjid selalu menjadi pusat keramaian. Ada sekitar 30 pedagang kaki lima di jalan tersebut. Di seberang jejeran PKL, juga ddifungsikan sebagai terminal odong-odong. Praktis, situasi ini menjadikan tempat tersebut jadi pusat keramaian. Dalam satu waktu, ada ratusan orang yang beraktivitas di jalan tersebut. Dalam sehari, jumlahnya pasti mencapai ribuan.
Pemandangan lain yang mencolok di area jalan tersebut adalah sampah. Selain berserakan di jalan dan trotoar, sebagian sampah juga terlihat di sela-sela pagar, atau bahkan diselipkan dalam konstruksi payung yang berjejer di kedua sisi jalan. Saya sempat berfikir, orang Tasik ini memang hobi nyampah.
Tapi fikiran tersebut kemudian berubah setelah saya dan keluarga, yang juga menikmati jajanan di jalan tersebut, ternyata mengalami kesulitan mencari tempat sampah. Saya berjalan dari ujung ke ujung, dari sisi kiri dan kanan jalan. Ternyata tak ada satupun tempat sampah. Padahal, ada ribuan manusia yang hilir-mudik di jalan tersebut, dan hampir bisa dipastikan mereka menyempatkan jajan. Perlu diingat, semua jajanan zaman sekrang itu kemasannya isntan, alias sekali pakai, sekali buang.
Jadi saya kira, kenapa sampah jadi masalah di Kota Tasikmalaya, karena pemerintahnya tidak serius memikirkan masalah sampah. Bayangkan, di tempat seramai itu, sekedar menyediakan tempat sampah saja tidak mampu. Tempat sampah terdekat ternyata ada di dalam Taman Kota. Itupun sudah penuh. Benar-benar perlu upaya ekstra untuk sekedar membuang sampah di Kota Tasikmalaya.
Saya lalu penasaran, dan berjalan mengelilingi Masjid Agung Kota Tasikmalaya. Lagi-lagi, faktanya tidak ada tempat sampah. Hanya ada satu, di sebrang masjid agung, itu pun kemungkinan milik sebuah rumah makan.
Berapa sih harga tempat sampah? Tidakkah terpikir bagaimana warga bisa menjaga kebersihan lingkungan jika di pusat keramaian saja sulit ditemukan tempat sampah? Lalu itu payung-payung yang berjejer untuk apa? Berapa harga payung yang saya yakin sebagian tidak mungkin difungsikan karena terhalan tiang, kabel dan pepohonan. Bandingkan harga payung itu dengan harga tong sampah.
Sekitar jam 21.00 kami pulang menuju rumah di Indihiang. Saya melewati Jalan Yudanegara, lalu belok kanan ke Jalan Mitra Batik. Ketika isi kepala saya masih dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tentang tempat sampah tadi, pemandangan lainnya yang saya lihat di sepanjang Jalan Mitra Batik semakin menegaskan, Pemkot Tasikmalaya benar-benar tak serius urus sampah.
Ya, sepanjang Jalan Mitra Batik, dari persimpangan Yudanegara ke perempatan R.E. Martadinata, setidaknya saya melihat ada 5-6 tumpukan sampah yang dikemas dalam kantong plastik. Tumpukan sampah tersebut terlihat rapi, tidak berserakan. Ini menandakan, warga sebetulnya sudah berupaya untuk menertibkan urusan sampah, dalam kapasitasnya masing-masing. Mereka hanya bisa menumpuk sampah di pinggir jalan, karena memang tidak ada tempat penampungan sampah yang dekat. “Piraku kabeh warga kudu ka TPA jang miceun sakeresek mah atuh!”
Mungkin, keesokan harinya akan ada petugas sampah yang mengangkut tumpukan sampah di pinggir jalan tersebut. Itupun meureun. Saya akan coba cek lagi nanti malam. Kalaupun benar begitu, artinya minimal 1×24 jam tumpukan sampah harus menunggu di pinggir jalan untuk diangkut. Lalu bagaimana jika datang hujan sebelum petugas datang? Pasti sebagian sampah-sampah itu akan terbawa air hujan dan menjadi sumbatan dimana-mana.
Melalui Lintas Priangan, saya sebagai warga Kota Tasikmalaya sangat menyarankan, “Ulah waka loba ide jeung inovasi kamana-mendi lah, urus heula we runtah pabalatak dimamana, da moal sabaraha atuh dibanding jeung anggaran nu aya mah. Bisi perlu udunan, saya ge siap milu udunan. Atau coba usahakeun atuh ti CSR atuh.”
Sebelum mengundang bencana lebih besar, Pemkot Tasikmalaya harus sesegera mungkin punya gebrakan urusan penanganan sampah.
Hatur nuhun Lintas Priangan. Maju terus. Semoga istiqomah jadi media yang berani dan profesional!
Pengirim adalah Warga Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya
No Whatsapp 081553925XXX
Identitas pengirim ada pada redaksi.