lintaspriangan.com, INSPIRATIF. Langkah laki-laki itu terlihat ragu saat pandangannya tertuju pada sebuah rumah. Kedua matanya seolah ingin berlari ke dalam bangunan kayu itu. Ada wajah rindu yang menggebu dalam rautnya. Tapi kemudian ia terhenti, ketika seorang anak kecil berusia 6 tahun keluar dari rumah itu.
Laki-laki itu terkesima. Kakinya tiba-tiba saja kaku. Ia tak berani mendekat lagi, terlebih ketika ia melihat seorang wanita keluar dari rumah itu. Rupanya, dia adalah ibu dari bocah berusia 6 tahun tadi.
“Ibu, siapakah dia?” tanya anak itu, seraya menatap lekat wajah laki-laki yang sedang berdiri di seberang rumahnya.
“Dia hanya seorang salesman,” jawab Si Ibu. Kedua tangannya segera meraih buah hatinya. Seolah, ia ingin melindungi anaknya dari laki-laki yang sedang beradu-pandang dengannya.
Laki-laki itu tak bersuara sepatah katapun. Ia hanya maju selangkah, lalu membungkuk untuk menaruh sesuatu, yang ternyata adalah miniatur pesawat antariksa. Dan setelah menaruh pesawat kecil itu, ia pergi begitu saja. Sepertinya dia tahu, tuan rumah tak berkenan menerima kedatangannya.
Beberapa hari kemudian, Si Ibu yang sedang berkomunikasi via telepon tiba-tiba saja kaget. Gagang telepon yang sedang ia genggam, ia lepas begitu saja. Kedua matanya memelototi berita di televisi. Ia kemudian mencari buah hatinya.
“Dia ayahmu, Nak!” Ujar Si Ibu, dengan suara terbata. Ia meminta anaknya untuk melihat ke layar televisi, yang ketika itu sedang menayangkan beberapa astronot yang akan diberangkatkan ke luar angkasa untuk misi kemanusiaan.
Para astronot itu sebenarnya bukan ahli. Mereka hanya tukang bor berpengalaman, yang bekerja di pertambangan lepas pantai. Mereka diminta oleh seluruh kepala negara di dunia, untuk terbang ke luar angkasa, menjemput sebuah meteor yang ukurannya hampir sebesar Pulau Kalimantan. Meteor tersebut sedang melaju kencang menuju bumi, dengan kecepatan sekitar 220.000 Mph, atau sekitar 35.000 kilometer/jam!
Apa yang terjadi jika meteor itu menubruk bumi? Tak ada kemungkinan lain selain punah sudah kehidupan manusia. Bumi akan luluh-lantak, dan tak ada yang mungkin selamat.
Demi menyelamatkan kelangsungan hidup manusia, para astronot dadakan itu dikirim ke luar angkasa. Nasib bumi dan manusia benar-benar berada di tangan mereka. Dua pesawat ulang-alik bernama Freedom dan Independece sudah disiapkan, untuk mengantar para astronot, hingga bisa mendarat di atas meteor besar. Tugas mereka adalah mengebor meteor, membuat beberapa lubang, dan memasukkan bom nuklir ke dalamnya. Setelah tertanam di dalam meteor, bom nuklir akan diledakkan menggunakan kontrol jarak jauh. Harapannya, ledakan nuklir bisa membuat meteor besar itu hancur berkeping-keping di luar angkasa.
Satu dari beberapa astronot itu, yang akan mempertaruhkan nyawa demi kehidupan umat manusia, adalah laki-laki yang tadi menaruh miniatur pesawat antariksa. Ya, laki-laki yang sempat disebut salesman, oleh wanita yang sebenarnya mantan istrinya. Dan anak kecil tadi, tak lain adalah darah dagingnya.
Mungkin selama ini, ia bukan suami atau ayah yang diharapkan. Dia juga tak sepandai wanita saat harus mengungkap cinta pada buah hatinya. Tapi yang pasti, kedatangan dia ke rumah itu, semata-mata ingin melihat buah hatinya. Bahkan ketika nyawanya terancam, hanya buah hatinya yang tersisa dalam ingatan seorang ayah.
Kisah di atas adalah peran yang dijalani oleh William Rankin Patton dalam film terbaik tahun 1998: “Armageddon”. (Lintas Priangan)