Parigeuing: “Konsep Kepemimpinan Ideal yang Diamanatkan Leluhur Sunda”

lintaspriangan.com, OPINI. Di tengah hiruk-pikuk seminar kepemimpinan dan gempuran teori manajemen dari Barat, siapa sangka bahwa para leluhur Sunda sudah sejak abad ke-16 punya standar kepemimpinan sendiri—dan bukan sembarang standar. Konsep itu disebut Parigeuing.

Konsep ini bukan karangan budayawan iseng atau cerita tutur warung kopi. Parigeuing telah diteliti secara ilmiah oleh berbagai institusi pendidikan ternama seperti Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI Bandung), dan Universitas Siliwangi (Unsil Tasikmalaya). Mereka menelusuri jejak Parigeuing dalam naskah-naskah kuno seperti Sanghyang Siksakanda Ng Karesian, Sanghyang Hayu, dan Amanat Galunggung. Hasilnya? Ternyata, leluhur kita tak kalah keren dalam menyusun etika kepemimpinan yang beradab.

Dasa Pasanta, Bukan Dasa Komando

Dalam Parigeuing, seorang pemimpin tidak boleh menjadi juru perintah semata. Ia harus jadi pengayom dan penuntun. Nilai-nilai seperti guna (bijaksana), rama (ramah), ho-ok (peduli), hingga ngulas (mampu memberi dan menerima kritik) menunjukkan bahwa Parigeuing memuliakan komunikasi yang membangun, bukan membentak.

Bandingkan dengan beberapa gaya kepemimpinan masa kini yang lebih suka bicara keras tapi kosong, atau menghindari musyawarah karena terlalu sibuk dengan framing narasi pribadi. Dalam dunia Parigeuing, pemimpin tak boleh merasa paling tahu. Ia harus mendengar dulu sebelum mengatur.

Tiga Rahasia yang Tak Lagi Dirahasiakan

Parigeuing juga mengajarkan bahwa pemimpin bukan sekadar figur publik. Ia adalah pribadi yang mesti menginternalisasi Tiga Rahasia: lima bagian nilai batin yang membentuk pemimpin sejati—yang rendah hati, tidak semena-mena, dan selalu sadar bahwa jabatan adalah amanah, bukan panggung.

Tapi sayangnya, hari ini kita justru sering melihat sebaliknya. Kritik dianggap serangan. Kode etik dan prosedur dianggap opsional. Dan kesadaran akan asal-usul? Sepertinya sudah terlindas euforia raihan suara pemilu.

Parigeuing Tak Butuh Viral

Parigeuing tidak perlu dibuktikan lewat konten TikTok atau kamera yang ikut saat sidak. Ia tak perlu hashtag, apalagi gaya gemetar saat marah di depan mikrofon. Karena dalam filosofi ini, pemimpin tidak diukur dari seberapa sering ia tampil, tapi seberapa dalam ia mendengar dan menimbang.

Konsep Astaguna yang menjadi bagian dari Parigeuing menyebut bahwa pemimpin harus bertanggung jawab, cerdas, berani, bersih hati, dan teguh iman. Dan semua itu tak bisa dibungkus dalam 15 detik reels. Ia tumbuh dalam kesabaran menghadapi perbedaan, dalam keberanian menerima masukan, dan dalam ketulusan meminta maaf jika keliru.

Pemimpin Parigeuing tidak butuh viral. Yang ia butuhkan adalah legitimasi batin rakyat—bukan hanya tepuk tangan para pendukung.

Kita mungkin hidup di era digital yang cepat dan bising. Tapi justru dalam keramaian itu, nilai-nilai lama seperti Parigeuing jadi lebih relevan dari sebelumnya.

Leluhur Sunda mengajarkan bahwa pemimpin bukanlah penguasa, melainkan penyejuk. Bukan pengadil tunggal, melainkan penjaga dialog. Bukan pemburu sorotan, melainkan penjaga nurani.

Maka jika Anda seorang pemimpin hari ini—atau bercita-cita menjadi pemimpin esok hari—luangkan waktu untuk mengenal kembali nilai-nilai ini. Di tengah dunia yang sibuk pamer, Parigeuing justru mengajarkan cara memimpin yang lebih bijak dan bernurani.

Dan jika suatu saat Anda tergoda naik pitam saat dikritik, ingatlah: Leluhur Sunda mungkin sedang duduk di balik kabut Galunggung, tersenyum kecil sambil bergumam, “Mulah kwanta, mulah madahkeun pada janma”. Sebagian nasihat yang tersurat dalam Amanat Galunggung, yang bermakna, seorang pemimpin itu jika berbicara jangan sambil berteriak, dan seorang pemimpin itu pantang menjelekkan orang lain.

Tentu, tulisan ini tak ditujukan pada seseorang. Kalaupun ada yang merasa, kita kembalikan saja ke ajaran Sunda: “Sing Gede Hampura!”

Penulis: Mang Asep
Mantan wartawan di media nasional. Saat ini bekerja sebagai Redaktur di Lintas Priangan

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More