lintaspriangan.com. BANJAR. Masih dalam rangkaian acara yang sama, aksi Debus dari Paguyuban Seni Pencak Silat Kota Banjar turut menyedot perhatian penonton di Pulo Majeti, Kampung Siluman. Penampilan diawali dengan ibing rampak dari beberapa perguruan pencak silat, yang memamerkan gerakan kompak dan semangat bela diri tradisional khas Sunda.
Ketegangan bercampur kagum memuncak saat para pendekar Debus memperagakan kekebalan terhadap benda tajam dan panas — semua dilakukan dengan ketenangan luar biasa.
Ketua Paguyuban Seni Pencak Silat Kota Banjar, Raden Dani Danial Mukhlis, menegaskan atraksi Debus bukanlah tontonan biasa.
“Debus adalah seni warisan budaya yang penuh nilai spiritual dan kedisiplinan. Ini bukan atraksi yang bisa ditiru sembarangan, karena butuh keahlian dan kesiapan mental,” katanya, Selasa (03/07/2025).
Penampilan makin spektakuler ketika perguruan Cahaya Tunggal dari Sumedang melakukan atraksi ekstrem dengan gergaji mesin. Meski mendebarkan, semua berlangsung aman karena dilakukan oleh praktisi terlatih.
Acara ini turut dihadiri pendekar dari berbagai daerah seperti Sumedang, Pangandaran, Bandung, dan Ciamis, hal ini mencerminkan kuatnya jalinan silaturahmi antarperguruan pencak silat di Jawa Barat.
BACA JUGA: Ngabumi Majeti ke-7, Hujan Deras Tak Surutkan Semangat Warga Banjar Rayakan Budaya
Danial berharap kegiatan seperti ini terus digelar sebagai sarana memperkuat persatuan sekaligus menjaga keberlangsungan seni bela diri tradisional.
“Lewat Banjar Ngahiji, kita bangun kebersamaan pelaku seni pencak silat untuk menjaga kearifan lokal. Debus adalah identitas kita yang harus dijaga, bukan hanya ditonton,” tandasnya.
Warga pun berharap Ngabumi Majeti dan pertunjukan seperti Debus bisa terus hidup, menjadi media edukasi, hiburan, sekaligus pengingat akar budaya di tengah arus modernisasi. (Lintas Priangan/Suryana)