Sutsen, Bisa Lebih Bermakna dari Sekadar Nama di Atas Aspal

lintaspriangan.com, OPINI. Di tengah riuhnya kehidupan kota Tasikmalaya, ada sebuah jalan yang namanya sering kita lewati, tanpa banyak bertanya siapa sebenarnya yang telah menginspirasi penamaan itu. Jalan Sutsen. Mungkin bagi sebagian kita, nama tersebut hanya sekadar papan petunjuk yang mengarahkan kita ke tujuan tertentu. Tanpa pernah terlintas untuk bertanya, apa yang ada di balik nama itu?

Sutsen, atau Sutisna Senjaya, bukan hanya sekadar nama yang tertera di atas aspal. Ia adalah seorang tokoh yang memiliki peran besar dalam sejarah Tasikmalaya, bahkan di Indonesia. Lahir di Wanaraja, Garut, pada 27 Oktober 1890, Sutisna Senjaya adalah seorang aktivis, jurnalis, dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang berjuang melalui pena dan pendidikan untuk meraih kemerdekaan bangsa ini. Ia seorang jurnalis, mengkritisi penjajahan Belanda, dan juga mendirikan media untuk memperjuangkan hak-hak rakyat melalui organisasi yang ia bina.

Sayangnya, hari ini, kita lebih sering melihat nama Sutsen sebagai sesuatu yang sangat biasa. Sekadar nama jalan yang kita lewati setiap hari. Tidak lebih dari itu. Padahal, di balik nama tersebut, ada sebuah cerita panjang yang berharga untuk kita kenang dan pelajari. Sesuatu yang seharusnya bisa lebih dari sekadar petunjuk arah.

Menghidupkan Sejarah Melalui Sentuhan Kreatif

Dengan kreatifitas, banyak hal biasa bisa menjadi luar biasa. Terlebih ketika hal tersebut, memang pada dasarnya sudah luar biasa. Sutsen adalah contoh sempurna bagaimana sebuah nama bisa menjadi pintu gerbang untuk lebih mengenal sejarah lokal yang kaya. Bayangkan jika pemerintah Kota Tasikmalaya lebih mengeksplorasi kisah-kisah seperti ini—kisah para tokoh perjuangan yang telah memberikan banyak hal bagi kemerdekaan dan kemajuan kita. Potensi-potensi ini bisa dijadikan daya tarik wisata, memberikan wawasan sejarah yang lebih mendalam.

Dengan kreatifitas, kita bisa saja bukan hanya sekadar mengenang, tapi juga menghidupkan kembali semangat perjuangan yang telah diwariskan oleh Sutisna Senjaya dan tokoh-tokoh lainnya. Dengan sedikit sentuhan kreatif, kisah-kisah ini bisa menjadi bagian dari cerita yang lebih besar yang bisa dinikmati oleh banyak orang—baik warga lokal maupun wisatawan.

Sejarah yang Menjadi Daya Tarik Wisata

Bayangkan jika Jalan Sutsen tidak hanya dikenal sebagai nama jalan biasa, tetapi sebagai bagian dari sebuah tur sejarah yang menceritakan kisah perjuangan Sutisna Senjaya. Sebuah tempat yang bisa membawa kita melintasi waktu, mengenal lebih dalam tentang bagaimana perjuangan dan tulisan-tulisan beliau menyuarakan semangat kemerdekaan. Kota Tasikmalaya bisa menjadi lebih dari sekadar tujuan wisata, tetapi juga menjadi tempat yang mengajak orang untuk terhubung dengan sejarah dan nilai-nilai perjuangan.

Tentu saja, hal ini memerlukan lebih dari sekadar penamaan jalan. Pemerintah kota bisa mengembangkan ruang edukasi yang lebih interaktif—mungkin sebuah museum kecil atau galeri yang menampilkan jejak-jejak sejarah Sutisna Senjaya, dengan berbagai media modern yang dapat menarik minat pengunjung. Pameran foto, tulisan-tulisan lama, dan kisah-kisah yang menghidupkan kembali masa perjuangan beliau bisa menjadi daya tarik yang tidak hanya mendidik, tapi juga inspiratif.

Meresapi Makna di Setiap Langkah

Ketika kita melewati Jalan Sutsen, alangkah baiknya jika kita tidak hanya melihatnya sebagai jalur biasa yang menghubungkan satu titik ke titik lainnya. Itu adalah simbol dari sebuah perjuangan, sebuah pengingat bahwa di setiap sudut kota ini ada cerita besar yang tak boleh dilupakan. Nama Sutisna Senjaya bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk dihidupkan kembali dalam bentuk yang lebih berarti.

Melalui pendekatan yang lebih kreatif dan edukatif, Tasikmalaya dapat menggali potensi sejarahnya dan menjadikannya sebagai kekayaan yang tidak hanya bernilai sejarah, tetapi juga bernilai ekonomis. Sejarah yang dikemas dengan cara yang menarik dapat menjadi daya tarik yang mendatangkan banyak wisatawan, sekaligus memperkenalkan lebih banyak orang pada pentingnya melestarikan nilai-nilai perjuangan yang telah diwariskan oleh para pendahulu kita.

Menatap Masa Depan dengan Menghargai Sejarah

Sutisna Senjaya, dengan segala perjuangannya, adalah bagian dari identitas kota ini. Tapi, apakah kita sudah memaksimalkan potensi cerita tersebut? Apakah kita sudah memberikan penghormatan yang pantas kepada para pejuang dan pendahulu, dan apakah kita sudah menggunakan kekayaan sejarah ini untuk kebaikan kita bersama?

Sutsen, seharusnya bukan sekedar ruas yang membelah Tasikmalaya. Ia bukan sekadar penghubung dari titik yang satu ke titik lain. Karena Sutsen bisa lebih dari itu, menghubungkan kita pada warisan sejarah yang patut dihargai, dipelajari dan lestari. Semoga kelak, Sutsen tak hanya menjadi nama di atas aspal.


Penulis adalah Redaktur di Media Online Lintas Priangan

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More