lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Perempuan dinilai memiliki potensi besar dalam menjaga dan melestarikan ideologi Pancasila. Hal ini disampaikan oleh Hj. Evi Silviani, anggota DPRD Kota Tasikmalaya, saat wawancara khusus bersama redaksi Lintas Priangan dalam rangka menyambut Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni mendatang.
Menurut Evi, pelibatan perempuan dalam pelestarian ideologi negara tidak boleh lagi bersifat simbolik atau sekadar partisipatif formal.
“Perempuan adalah penjaga nilai dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita serius ingin mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa, maka perempuan harus ditempatkan sebagai garda terdepan dalam proses edukasi, sosialisasi, bahkan advokasi ideologi ini,” tegas Evi, Kamis (30/5).
Ia menambahkan, sejumlah kajian ilmiah menunjukkan bahwa perempuan memiliki kecenderungan alami untuk merawat, menjaga, dan melestarikan, baik dalam konteks sosial, budaya, maupun lingkungan.
“Misalnya, saya pernah baca sebuah laporan ilmiah yang menyebutkan bahwa perempuan di negara berkembang bertanggung jawab atas 60 sampai 80 persen produksi pangan dan menjaga keanekaragaman hayati lokal. Ini bukan hanya peran ekonomi, tapi juga budaya dan pelestarian nilai,” ungkapnya.
Dalam laporan ilmiah tersebut menrut Evi, dipaparkan bahwa perempuan tidak hanya memikirkan keadilan semata, tapi juga perasaan, hubungan, dan keberlanjutan. Ini sangat relevan jika kita bicara tentang menjaga nilai-nilai Pancasila.
“Atau misalnya kita lihat dari sudut pandang antropologi budaya, yang secara tegas meyakini perempuan itu merupakan pemelihara tradisi dan pewaris nilai antar generasi. Di banyak masyarakat, merekalah yang mengajarkan bahasa ibu, menyampaikan cerita rakyat, dan menjaga ritual domestik yang memuat nilai luhur,” jelas politisi perempuan dari Partai Gerindra ini.
Evi berharap, pelibatan perempuan dalam pelestarian Pancasila tidak cukup hanya melalui kegiatan seremonial.
“Perlu pelatihan ideologi yang berbasis komunitas perempuan, pemberdayaan ibu-ibu kader PKK, penguatan peran guru PAUD dan SD, serta keterlibatan aktif perempuan dalam forum-forum strategis kebangsaan,” ucap Evi.
Ada fakta lainnya yang disampaikan Evi. Dalam konteks pembangunan, faktanya proyek yang dipimpin perempuan memiliki tingkat keberlanjutan lebih tinggi.
“Jadi kalau kita ingin Pancasila tetap hidup dalam masyarakat modern, maka pendekatannya harus berkelanjutan. Dan perempuan telah terbukti memiliki komitmen yang kuat dalam menjaga keberlanjutan itu,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama pemerintah daerah dan lembaga pendidikan, untuk menjadikan perempuan sebagai mitra utama dalam pendidikan Pancasila.
“Bukan hanya lewat kurikulum sekolah, tapi juga lewat praktik kehidupan sehari-hari. Karena nilai-nilai Pancasila tidak akan efektif jika hanya diajarkan lewat hafalan, tapi harus dicontohkan lewat tindakan,” tuturnya.
Di akhir wawancara, Evi menyampaikan pesan reflektif.
“Perempuan Indonesia adalah jantung bangsa. Merekalah yang menjaga denyut Indonesia. Jika kita memperkuat mereka dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan Pancasila, maka sebenarnya kita sedang memastikan ideologi bangsa ini hidup di setiap ruang, waktu, dan generasi,” pungkas Evi. (Lintas Priangan/AA)