lintaspriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Menyambut momentum Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Tasikmalaya, Drs. Ade Hendar, M.M., memberikan pandangan dan pesan mengenai hakikat dan sejarah rumusan Pancasila. Dalam perbincangan tersebut, beliau menegaskan bahwa Pancasila bukanlah karya tunggal seseorang, melainkan hasil kolaborasi puluhan pendiri bangsa yang menjadi peserta sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang berlangsung pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945.
“Pancasila itu bukan karya seorang individu. Ini adalah hasil pemikiran kolektif para pendiri bangsa yang ketika itu menggelar sidang BPUPKI pertama pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945,” ujar Ade Hendar.
Sidang ini diikuti oleh 62 anggota yang terdiri atas para cendekiawan dan ulama terkemuka dari berbagai daerah.
Di antara mereka, terdapat nama-nama cendekiawan yang telah dikenal hingga mancanegara, seperti Prof. Dr. Soepomo, ahli hukum tata negara yang belajar di Belanda; Prof. Dr. Mr. Mohammad Yamin, sastrawan dan sejarawan yang dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional; serta Dr. Soekarno sendiri, yang selain sebagai proklamator, adalah intelektual yang mendalami filsafat dan sejarah. Lalu Bung Hatta, cendekiawan visioner yang menjadi arsitek ekonomi Indonesia.
Selain para cendekiawan tersebut, BPUPKI juga beranggotakan banyak ulama besar yang memiliki keilmuan mendalam dan pernah menimba ilmu hingga ke luar negeri. Contoh ulama terkemuka tersebut adalah KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama yang menimba ilmu di berbagai pesantren di Nusantara serta mewakili tradisi keilmuan Islam yang moderat dan inklusif; KH. Wahid Hasyim, yang menimba ilmu di Makkah dan kemudian berperan aktif dalam perumusan dasar negara; dan Dr. Agus Salim, diplomat dan ulama yang fasih berbahasa Arab dan Inggris serta banyak berkontribusi dalam diplomasi kemerdekaan.
Selain itu, masih banyak ulama besar lain yang turut berperan dalam sidang BPUPKI, misalnya:
KH. Ahmad Sanusi: Ulama asal Sukabumi yang dikenal sebagai pendiri Persatuan Umat Islam (PUI). Ia berperan sebagai penengah dalam perdebatan antara kelompok nasionalis dan Islam terkait dasar negara. Ketika terjadi kebuntuan, ia mengusulkan jeda rapat agar suasana lebih tenang, yang memungkinkan Soekarno melakukan pendekatan pada kedua pihak.
Ki Bagus Hadikusumo: Tokoh Muhammadiyah yang aktif dalam sidang BPUPKI. Ia mengajukan konsep negara Indonesia merdeka sebagai negara yang dijalankan atas kedaulatan rakyat dan memperjuangkan Islam sebagai pondasi hukum bagi negara Indonesia merdeka.
“Para cendekiawan dan ulama besar ini berkumpul untuk merumuskan konsep ideologi yang tidak lepas dari nilai-nilai yang sudah hidup dan berkembang di tengah masyarakat pribumi, yang pada dasarnya berakar dari agama, kebudayaan, dan tradisi luhur bangsa,” tambah Ade Hendar.
Beliau menegaskan bahwa Pancasila selaras dengan nilai-nilai agama yang dianut masyarakat Indonesia, khususnya Islam. Hal ini karena sumber nilai dan para perumusnya memang berasal dari ulama dan cendekiawan besar yang memahami serta menghormati nilai-nilai keagamaan dan budaya Nusantara.
“Jadi, insya Allah Pancasila ini sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut, termasuk nilai-nilai agama. Kalau Pancasila bertentangan dengan nilai agama, apalagi Islam, saya yakin para ulama besar itu pasti akan menentangnya sejak awal. Justru sebaliknya, mereka merumuskan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar yang mengikat dan mempersatukan bangsa,” jelas Ade.
Apa yang dipaparkan Ade dalam kapasitasnya sebagai Kepala Bakesbangpol Kota Tasikmalya menjadi bahan renungan mendalam menjelang peringatan Hari Lahir Pancasila. Bahwa ideologi negara ini tidak hanya dokumen kosong, melainkan warisan intelektual dan spiritual dari ulama dan cendekiawan yang mencintai tanah air, dan menempatkan agama sebagai roh dari kehidupan bangsa.
Dengan semangat ini, masyarakat diingatkan untuk terus mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud cinta tanah air dan penghormatan terhadap perjuangan para pendiri bangsa.
“Mari kita jaga dan hayati Pancasila sebagai dasar negara yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai luhur bangsa dan agama,” pungkas Ade. (Lintas Priangan/AA)